Senin, 03 Agustus 2015

PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR INDOOR YANG SESUAI PERKEMBANGAN ANAK DI TPA DAARUL ‘ILMI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penelitian
Taman Penitipan Anak (Child Care Centre) merupakan wahana asuhan kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya berhalangan atau tidak punya waktu dalam memberikan pelayanan kebutuhan pada anaknya.
Taman Penitipan Anak Daarul ‘Ilmi merupakan salah satu TPA yang berada di Jln. Magelang Km.11 Murten, Kelurahan Tridadi, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, DIY. Pendirian TPA Daarul ‘Ilmi merupakan realisasi dari program pendidikan anak usia dini yang menggalakkan TPA sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini dan masyarakat.
Pengurus TPA Daarul ‘Ilmi mempunyai perhatian besar terhadap pendidikan anak usia dini sehingga mempunyai inisiatif untuk mendirikan Taman Penitipan Anak. Selain didasari oleh menu generik, juga diwarnai oleh pengetahuan dan keinginan para pendiri/ pimpinan dan pendidik yang berkecimpung dalam Taman Penitipan Anak tersebut.
TPA Daarul ‘Ilmi mempunyai visi dan misi sebagai berikut:
VISI : “Menjadikan Taman Penitipan Anak Daarul ‘Ilmi sebagai sarana membentuk generasi yang sholeh dan ‘alim”
MISI :
1.         Membekali anak didik agar dapat mecintai Alloh dan RosulNya.
2.         Memberikan dasar pondasi bagi anak didik agar menjadi pribadi yang sholeh dan sholihah, serta berbakti kepada orangtua.
3.         Membina serta mengarahkan agar anak didik dapat berfikir secara kreatif dan mandiri.
4.         Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan system learning by doing dalam kegiatan permainan yang menyenangkan bagi anak didik.
Program S1 PG-PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusannya menjadi tenaga pendidik PAUD Profesional yaitu yang dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasi. Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa adalah Analisis Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Dalam rangka memenuhi tugas dalam mata kuliah tersebut maka telah dilakukan penelitian di TPA Daarul ‘Ilmi pada tanggal 27 Mei 2015 yang bertujuan mengumpulkan data mengenai kegiatan- kegiatan anak yang dianggap perlu diteliti lebih lanjut untuk selanjutnya dianalisis kritis.
Lingkungan belajar yang memiliki kualitas performance yang tinggi dengan mudah dapat menumbuhkan minat anak untuk ingin mencoba memasukinya dan membuat anak mengetahui apa dan bagaimana lingkungan belajar tersebut. Apabila anak- anak selalu antusias ingin memasuki suatu lingkungan belajar yang diciptakan oleh pendidik dan mereka tidak nampak bosan maka hal ini mengidentifikasikan bahwa pendidik berhasil menciptakan dan menyiapkan lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak. Sebaliknya, apabila anak- anak tidak tertarik dengan lingkungan belajar yang telah disiapkan atau bahkan anak nampak bosan saat bermain dalam lingkungan belajar tersebut dengan menunjukkan penolakannya maka hal tersebut merupakan indikasi bahwa lingkungan belajar yang disiapkan oleh pendidik belum sesuai dengan kebutuhan anak. Hal tersebut menarik untuk dilakukan penelitian di TPA Daarul ‘Ilmi.

B.     Fokus Penelitian
Setelah diadakan observasi di TPA Daarul ‘Ilmi, maka penelitian ini terfokus pada “pengelolaan lingkungan belajar indoor yang sesuai perkembangan anak di TPA Daarul ‘Ilmi”

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1.      Mengumpulkan data mengenai:
a.       Alasan pendidik melakukan kegiatan “pengelolaan lingkungan belajar indoor yang sesuai perkembangan anak di TPA Daarul ‘Ilmi”;
b.      Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut;
c.       Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut;
2.      Membuat  analisis kritis  (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk
1.      Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di TPA Daarul ‘Ilmi
2.      Melatih mahasiswa melakukan Penelitian Kelas
3.      Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD



BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Pengelolaan Lingkungan Belajar Indoor
Sesuai dengan karakteristiknya, masa usia dini disebut masa peka. Pada masa ini anak sangat sensitif atau sangat peka terhadap sesuatu di sekitarnya sehingga pada masa ini merupakan saat yang paling tepat bagi anak untuk menerima respons atau rangsangan  yang diberikan oleh lingkungannya. Dengan demikian, lingkungan sebagai unsur yang menyediakan sejumlah rangsangan perlu mendapat perhatian dan perlu diciptakan sedemikian rupa, agar menyediakan objek- objek sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Untuk itu, dibutuhkan perencanaan yang matang. Ketepatan lingkungan belajar secara langsung maupun tidak langsung akan sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar yang akan dicapai anak.
Idealnya dalam pengelolaan lingkungan belajar adalah penggabungan dari dua hal, guru yang superior yaitu memadai dalam pengetahuan dan pengalamannya, dilengkapi ruangan dengan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan minat anak.
Ms. Johnson (dalam Luluk Asmawati, 2014:3.5) mempunyai pandangan yang ekstrim yaitu, pada kenyataannya seorang anak akan lebih tertarik pada lingkungan kelas dan pembelajaran tertentu yang membutuhkan tantangan untuk membuat kegiatan sehari- hari berjalan dengan menyenangkan. Pendapat ini menunjukkan bahwa, faktor lingkungan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membedakan kualitas program di lembaga PAUD, oleh karena itu guru harus berhati-hati dalam merencanakan dan mengorganisir ruang kelas dan peralatannya.
Pandangan konstruktivis yang dimotori oleh dua orang ahli psikologi yaitu Jean Piaget dan Lev Vigotsky berasumsi bahwa anak adalah pembangun pengertian yang aktif. Anak mengonstruksi/ membangun pengetahuannya berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan tersebut diperoleh anak dengan cara membangun sendiri secara aktif melalui interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan.
Para ahli konstruktivis meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak memahami dunia di sekeliling mereka. Pembelajaran menadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya anak, orang dewasa dan lingkungan. Anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap dunia. Mereka memahami apa yang terjadi di sekeliling mereka dengan menyintesis pengalaman- pengalaman baru dengan berbagai hal yang telah mereka pahami sebelumnya.
Pendekatan konstruktivis ini menekankan pada pentingnya keterlibatan anak dalam proses pembelajaran. Untuk itu maka guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, akrab, dan hangat melalui kegiatan bermain maupun berinteraksi dengan lingkungan sehingga dapat merangsang partisipasi aktif dari anak.

B.     Rambu- Rambu Lingkungan Dan Perlengkapan Menurut Standar NAEYC
Panduan National Association Education for the Young Children (NAEYC) dalam bukunya Developmentally Appropriate Practice (DAP)(1991) menyatakan bahwa amak- anak pada semua usia membutuhkan periode tanpa interupsi untuk melakukan berbagai kegiatan yang meliputi investigasi dan kegiatan pilihan (dikutip dari Luluk Asmawati, 2014: 3.7). Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan kegiatan pilihan bagi anak adalah menyiapkan lingkungan belajar dengan berbagai kegiatan pilihan yang merangsang dan menantang meskipun bukan berarti harus dengan peralatan yang lengkap.
Persiapan dan pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan anak, para penanggung jawab biasanya mulai dari peralatan dan persediaan dan hal lainnya yang tercakup, sering kali harus membuat keputusan secara hati- hati, seperti berikut ini.
a.       Memilih dan menyediakan beberapa peralatan dan persediaan yang sesuai perkembangan
b.      Menata peralatan dan persediaan dalam cara terorganisasi
c.       Menciptakan jadwal harian secara rutin dan konsisten dengan masa transisi yang fleksibel
Tabel 2.1
Rambu- rambu lingkungan dan perlengkapan untuk bayi usia 0-3 tahun menurut standar NAEYC
komponen
Praktik Pengasuhan yang sesuai
Lingkungan
Area untuk penggantian popok, tidur, pemberian makan, dan kegiatan bermain dibuat bersekat untuk menjamin sanitasi serta menciptakan ketenangan dan kenyamanan
Lingkungan terdiri dari perpaduan elemen yang lembut (misanya batal, kasur kecil untuk tidur, dinding yang dilapisi bahan lembut) dan elemen yang keras (kursi, cermin, tempat tidur)
Bayi dapat menikmati warna- warna yang kontras dan disain yang menarik di ruangan TPA. Warna- warna yang terang digunakan untuk membedakan berbagai pola atau benda
Tiap bayi memiliki sendiri tempat tidur, alat makan, pakaian, popok, botol dot, dan benda- benda kebutuhan pribadi tiap bayi lainnya. Tiap benda tersebut diberi label sesuai nama pemiliknya
Area yang dipergunakan untuk bermain dipindah- pindah secara berkala dalam sehari. Kadang bayi diajak bermain di lantai, kadang di kereta dorong, atau digendong, ditepuk- tepuk, diayun, dan berbagai variasi yang akan membuat bayi merasakan perspektif yang berbeda tentang berbagai orang dan tempat.
Bayi dirawat dengan baik, di dalam dan di luar ruangan
Cermin diletakkan setinggi bayi berdiri sehingga bayi dapat mengamati dirinya sendiri, misalnya di dinding dekat pintu atau di depan ruang ganti popok
Udara segar, suhu ruangan dan kondisi yang nyaman selalu dipelihara
Ruangan tampak meriah dan dihiasi berbagai gambar yang dipasang dengan tinggi sesuai mata bayi. Gambar- gambar tersebut dapat  berupa gambar wajah orang yang dikenal, hewan kesayangan, dan foto tiap bayi dan keluarganya
Berbagai variasi musik diputarkan untuk menciptakan kegembiraan saat bayi mendengarkan sambil makan, olah tubuh atau bernyanyi
Pembagian ruangan dirancang teliti sehingga bayi dapat menikmati saat kegiatan tenang/ istirahat.
Ada ruangan khusus bagi bayi untuk berguling- guling atau merangkak meraih benda- benda yang menarik.
Lantai dilapisi karpet yang mudah dibersihkan.
Sehari- hari bayi bertelanjang kaki, kecuali kondisinya tidak memungkinkan.
Perlengkapan
Mainan aman bagi bayi, dapat dibersihkan/ dicuci dan terlalu besar untuk tertelan oleh bayi

Jenis mainan dikembangkan dengan menyesuaiakan perilaku bayi, misalnya untuk dipanjat, digigit atau digoyang atau ditekan

Perpindahan benda dirancang untuk selalu dapat dilihat dan diikuti oleh pandangan bayi untuk melatih perkembangan persepsinya.
Benda- benda tersebut segera dipindahkan jika bayi sudah berhasil meraihnya dan menggenggamnya

Mainan disediakan dalam berbagai ukuran yang memungkinkan bayi dapat menggenggamnya, menggigitnya atau mengotak-atiknya

Mainan disiapkan dalam loker- loker yang terbuka dengan tinggi loker sesuai tinggi bayi sehingga bayi dapat memilihnya sendiri tanpa minta tolong pada pendidik

Disediakan tanjakan atau tangga yang tidak terlalu tinggi dan bertrap-trap pendek untuk dipanjat. Tangga tersebut dilapisi dengan bahan yang lunak dan aman untuk dijelajahi

Tersedia berbagai buku yang dibuat dari dupleks tebal dengan ujung buku yang tidak bersudut. Buku beris gambar- gambar yang berwarna cerah, menarik dan gambar buku berupa benda- benda yang sudah dikenal bayi

Berbagai bahan dari majalah bergambar yang melukiskan manusia berbagai usia atau ciri khas yang positif dari berbagai suku disediakan dengan lengkap


C.    Standar Sarana dan Prasarana Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009
Standar Sarana dan Prasarana adalah perlengkapan untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan. Pengadaan sarana dan prasarana perlu disesuaikan dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan PAUD.
1.      Prinsip:
a.       Aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak.
b.      Sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
c.       Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk barang limbah/bekas layak pakai.
2.      Persyaratan
a.        PAUD Jalur Pendidikan Formal
1)      Luas lahan minimal 300 m2.
2)      Memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3 m2 per peserta didik, ruang guru, ruang kepala sekolah, tempat UKS, jamban dengan air bersih, dan ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak.
3)      Memiliki alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, dan pabrik.
4)       Memiliki fasilitas permainan baik di dalam maupun di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep.
5)       Memiliki peralatan pendukung keaksaraan.
b.      PAUD Jalur Pendidikan Nonformal
1)      Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani, dengan luas minimal 3 m2 per perseta didik.
2)      Minimal memiliki ruangan yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas anak yang terdiri dari ruang dalam dan ruang luar, dan kamar mandi/jamban yang dapat digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup.
3)      Memiliki sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani.
4)      Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep.
5)       Khusus untuk TPA, harus tersedia fasilitas untuk tidur, mandi, makan, dan istirahat siang.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah 11 anak didik TPA Daarul ‘Ilmi, dua orang pendidik, dan pimpinan Taman Penitipan Anak Daarul ‘Ilmi Sleman.

B.     Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode interpretatif  yaitu menginterpretasikan data mengenai fenomena/ gejala yang diteliti di lapangan. Pendekatan interpretatif memandang penelitian ilmiah tidaklah cukup untuk dapat menjelaskan 'misteri' pengalaman manusia sehingga diperlukan unsur manusiawi yang kuat dalam penelitian. Kebanyakan mereka yang berada dalam kelompok ini lebih tertarik pada kasus-kasus individu dari pada kasus-kasus umum (Morissan, 2009).

C.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Observasi, yaitu untuk melihat fenomena yang unik/ menarik untuk dijadikan fokus penelitian
2.      Wawancara, yaitu untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian
3.      Dokumentasi, yaitu mengumpulkan bukti- bukti dan penjelasan yang lebih luas mengenai fokus penelitian

BAB IV
ANALISIS DATA
A.    Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil penelitian dibuat tabulasi sebagai berikut:
Observasi
Wawancara dengan Guru
Wawancara dengan Pimpinan TPA
Dokumentasi
-Ruangan berbetuk persegi dengan ukuran  4,5 x4,5 m atau 20,25 m2
Satu ruangan yang digunakan untuk gudang penyimpanan dengan ukuran 2,5 x 2 m atau 5m2 terletak disebelah ruang box bayi.
-Dinding ditempeli hasil karya anak tidak ada gambar- gambar, hanya ditempeli APE berupa gambar buah- buahan di dalamnya tertulis huruf- huruf, 
-Dinding dicat warna biru muda dengan coretan anak dimana-mana
-Lemari dan rak diletakkan dipinggir ruangan. Terdapat satu rak mainan yang terdiri dari 3 tingkat, satu rak tas setinggi 60 cm, satu lemari untuk menyimpan bahan dan perlengkapan makan (piring,gelas), satu lemari pakaian, dan satu lemari plastik
Ya.. tentunya saya ikut membantu menata kelas
Kami bersama- sama menatanya, pendidik dan pengelola yang tentunya memberi prasarananya
-Dalam dokumen terdapat visi dari TPA adalah menjadikan Taman Penitipan Anak Daarul ‘Ilmi sebagai sarana membentuk generasi yang sholeh dan ‘alim
-Foto ruang kelas TPA
Anak tidur di karpet yang dialasi dengan kasur bersama- sama, bergerombol, dan berdesakan
-Untuk tidur anak- anak, kami menggelar kasur karena kalau cuma memakai karpet tentunya dingin tidak bagus untuk kesehatan anak
-Semua kegiatan memang dilakukan bersama-sama karena untuk anak TPA yang dari pagi hanya sekitar 6 anak yang aktif selebihnya tambahan anak dari KB yang sudah pulang. Untuk tempat sendiri memang seperti ini adanya.
-Kami baru merintis jadi masih banyak kekurangan disana- sini.

Foto anak tidur bersama- sama
Satu box bayi terlihat didalam ruangan berukuran 2,5 x2,5 m atau sekitar 6,25 m2 yang dipergunakan untuk menyimpan kasur- kasur untuk tidur
Kami sudah menyiapkan box bayi akan tetapi tidak digunakan karena bayinya cuma satu dan itu juga putranya bu guru TK sini

Foto ruangan/ tempat tidur bayi
Anak mandi dan toilet training di kamar mandi sebelah masjid
Kami menggunakan kamar mandi di sebelah masjid


Anak makan siang dengan menu yang sudah disediakan oleh lembaga
Karena di sini gabung dengan pondok pesantren jadi dapur tidak ada dan makanan sudah dimasakkan dari pondok pesantren

Foto anak makan siang bersama
Anak minum dengan mengambil gelas plastik dari lemari peralatan dan mengambil air dari dispenser sendiri
ya memang sudah pernah ada anak yang kena air panas, itu juga karena anaknya memang agak ceroboh kurang perhatian. Setiap hari kami memberi tahu anak kalo yang merah air panas dan biru air dingin dan mereka sudah mengerti.


Anak naik memanjat rak mainan yang pertama untuk mengambil mainan di rak kedua
Ya.. memang sering begitu, anak maunya mainan yang diatas karena tidak sampai terus memanjat.


Anak dibiarkan telanjang kaki dan belajar memakai sendal di saat keluar kelas
- kadang- kadang anak langsung lari tidak memakai sendal saat keluar
- untuk melatih otot-otot kaki anak agar dapat berkembang optimal




B.     Analisis Kritis
Visi dari TPA  Daarul ‘Ilmi adalah menjadikan Taman Penitipan Anak Daarul ‘Ilmi sebagai sarana membentuk generasi yang sholeh dan ‘alim. Untuk mewujudkan hal tersebut tentu saja tidak hanya membutuhkan guru yang superior guru yaitu guru yang memadai dalam pengetahuan dan pengalamannya, namun harus dilengkapi ruangan dengan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan minat anak.
Sesuai dengan ketentuan Permendiknas nomor 58 tahun 2009 bahwa sebuah lembaga PAUD harus memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3 m2 per peserta didik. Di TPA Daarul ‘Ilmi ruang yang digunakan untuk kegiatan belajar anak adalah 20,25 m2 dengan anak didik aktif 11 anak. Hal ini berarti satu anak didik hanya memiliki ruang 1,8 m2. Apabila dilihat dari ketentuan yang sudah diatur, tentu ruang yang dimiliki TPA Daarul ‘Ilmi belum memenuhi syarat. Untuk itu perlu perluasan ruang agar anak lebih leluasa dalam melaksanakan kegiatan belajar sambil bermain. Ini penting dilakukan karena pengetahuan anak  diperoleh dengan cara membangun sendiri secara aktif melalui interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan sesuai dengan yang dikemukakan para ahli konstruktivis.
Khusus untuk TPA juga harus tersedia fasilitas untuk tidur, mandi, makan, dan istirahat siang sesuai ketentuan dalam Permendiknas nomor 58 tahun 2009. Di TPA Daarul ‘Ilmi, anak- anak melaksanakan toilet training dan mandi di kamar mandi sebelah masjid yang letaknya tidak begitu dekat dengan kelas. Hal ini mengakibatkan setiap anak yang ingin buang air harus berjalan dulu melewati depan masjid lalu menuju samping masjid agak belakang. Tempat istirahat dan tidur siang anak didik TPA Daarul ‘Ilmi tetap menggunakan karpet besar yang biasanya untuk belajar dan bermain ditambahkan kasur yang dibongkar pasang apabila anak-anak sudah jadwalnya tidur. Bisa diartikan bahwa meskipun belum ada tempat tidur khusus akan tetapi lembaga sudah berusaha menyediakan tempat untuk tidur anak walaupun masih berdesak- desakan.
Salah satu prinsip pengadaan sarana dan prasarana untuk PAUD sesuai Permendiknas nomor 58 tahun 2009 adalah aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak. Anak- anak  di TPA Daarul ‘Ilmi minum dengan mengambil gelas plastik dari lemari peralatan dan mengambil air dari dispenser sendiri padahal dispenser tersebut terdapat air panas yang menyala. Hal ini tentunya berbahaya bagi anak, terbukti sudah ada anak yang terkena air panas meskipun tidak parah. Melihat kenyataan ini seharusnya anak tidak boleh dibiarkan dalam bahaya. Akan lebih baik jika anak disediakan air minum dingin sendiri yang tidak memakai dispenser dengan air panas.
Menurut standar NAEYC bahwa bayi harus dapat menikmati warna- warna yang kontras dan disain yang menarik di ruangan TPA. Ruangan tampak meriah dan dihiasi berbagai gambar yang dipasang dengan tinggi sesuai mata bayi. Gambar- gambar tersebut dapat  berupa gambar wajah orang yang dikenal, hewan kesayangan, dan foto tiap bayi dan keluarganya. Di dalam ruang kelas TPA Daarul ‘Ilmi dindingnya ditempeli hasil karya anak yang disusun rapi, tidak ada gambar- gambar, hanya ditempeli APE berupa gambar buah- buahan di dalamnya tertulis huruf- huruf,  dinding dicat warna biru muda dengan coretan anak dimana-mana. Ruangan tidak tampak meriah, warna cat yang polos dan sudah kotor karena coretan anak- anak. Untuk itu maka guru/ pendidik harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, akrab, dan hangat melalui kegiatan bermain maupun berinteraksi dengan lingkungan sehingga dapat merangsang partisipasi aktif dari anak. Misalnya dengan mengecat ulang dinding kelas dengan gambar warna- warni.
Standar NAEYC selanjutnya adalah adanya ruangan khusus bagi bayi untuk berguling- guling atau merangkak meraih benda- benda yang menarik. Lantai dilapisi karpet yang mudah dibersihkan. Sehari- hari bayi bertelanjang kaki, kecuali kondisinya tidak memungkinkan. Dalam hal ini di TPA Daarul “Ilmi sudah menyediakan ruangan khusus bayi tetapi tidak dipergunakan karena memang belum dibutuhkan. Lantai sudah dilapisi karpet besar yang mudah untuk dibersihkan meskipun hanya setengah ruangan saja, tidak seluruhnya. Setiap harinya anak dibiarkan telanjang kaki dengan tujuan agar otot- otot kaki anak dapat berkembang secara optimal.
Mainan disiapkan dalam loker- loker yang terbuka dengan tinggi loker sesuai tinggi bayi sehingga bayi dapat memilihnya sendiri tanpa minta tolong pada pendidik. Pada kenyataannya anak masih harus memanjat saat akan mengambil mainan karena diletak di rak kedua yang tidak terjangkau oleh anak. Sebaiknya loker mainan tidak diletakkan di rak yang tinggi, harus mempertimbangkan tingkat jangkauan anak. Selain untuk kemudahan anak juga untuk keamanan anak sendiri. Apabila ditempatkan ditempat yang tinggi bisa saja mengakibatkan anak jatuh saat memanjat mengambil mainan di rak.
Mainan disediakan dalam berbagai ukuran yang memungkinkan bayi dapat menggenggamnya, menggigitnya atau mengotak-atiknya. Dalam hal ini di TPA Daarul ‘Ilmi sudah menyediakan beberapa macam mainan seperti lego, puzzle dan APE sebagai mainan anak sekaligus untuk pembelajaran. Anak- anak bisa memilih sendiri mainannya sesuai keinginan mereka.
Tidak tersedianya berbagai buku yang dibuat dari dupleks tebal dengan ujung buku yang tidak bersudut. Buku berisi gambar- gambar yang berwarna cerah, menarik dan gambar buku berupa benda- benda yang sudah dikenal bayi. Berbagai bahan dari majalah bergambar yang melukiskan manusia berbagai usia atau ciri khas yang positif dari berbagai suku disediakan dengan lengkap. Baik buku ataupun majalah bergambar semuanya belum ada di TPA Daarul ‘Ilmi. Padahal pengenalan buku kepada anak sejak dini dapat menumbuhkan minat anak dalam membaca buku. Di TPA Daarul ‘Ilmi juga belum menyediakan cermin untuk anak bercermin. Cermin dapat diletakkan setinggi bayi berdiri sehingga bayi dapat mengamati dirinya sendiri, misalnya di dinding dekat pintu atau di depan ruang ganti popok.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengelolaan lingkungan belajar indoor yang sesuai perkembangan anak di TPA Daarul ‘Ilmi ada yang sudah sesuai dan beberapa yang belum sesuai dengan standar  NAEYC ataupun sesuai aturan Permendiknas nomor 58 tahun 2009.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
1.      Luas ruang kelas belum memenuhi sesuai standar yaitu 3 m2 per anak
2.      Fasilitas untuk mandi sudah ada meskipun baru seadanya, masih menggunakan kamar mandi masjid sedangkan untuk istirahat/ tidur siang menggunakan kasur yang di bongkar pasang
3.      Loker mainan berupa rak bertingkat sehingga menyulitkan anak dalam mengambil mainan
4.      Ruangan tidak tampak meriah karena tidak ada tempelan gambar dan cat dindingnya polos
5.      Ruang bayi sudah ada meskipun tidak digunakan
6.      Mainan sudah tersedia beberapa macam
7.      Buku ataupun majalah bergambar, dan cermin belum tersedia

B.     Saran
1.      Perlu adanya perluasan ruangan agar anak dapat lebih leluasa dalam bermain di dalam kelas
2.      Apabila memungkinkan kamar mandi disediakan lebih dekat dengan ruang kelas
3.      Mainan disiapkan dalam loker- loker yang terbuka dengan tinggi loker sesuai tinggi bayi sehingga bayi dapat memilihnya sendiri
4.      Mengecat ulang dinding kelas dengan warna yang terang agar tampak meriah
5.      Sediakan buku, majalah bergambar dan cermin untuk anak belajar mengenal buku dan mengenal dirinya sendiri dengan melihat cermin.


DAFTAR PUSTAKA
Asmawati,  Luluk; dkk (2014). Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Setiawan, Denny. (2014). Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.


2 komentar: