BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Taman
Penitipan Anak (Child Care Centre)
merupakan wahana asuhan kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti
keluarga untuk waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya berhalangan atau
tidak punya waktu dalam memberikan pelayanan kebutuhan pada anaknya.
Taman Penitipan
Anak Daarul ‘Ilmi merupakan salah satu TPA yang berada di Jln. Magelang
Km.11 Murten, Kelurahan Tridadi,
Kecamatan
Sleman, Kabupaten Sleman, DIY. Pendirian TPA Daarul ‘Ilmi merupakan realisasi
dari program pendidikan anak usia dini yang menggalakkan TPA sebagai salah satu
bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini dan masyarakat.
Pengurus TPA
Daarul ‘Ilmi mempunyai perhatian besar terhadap pendidikan anak usia dini
sehingga mempunyai inisiatif untuk mendirikan Taman Penitipan Anak. Selain
didasari oleh menu generik, juga diwarnai oleh pengetahuan dan keinginan para
pendiri/ pimpinan dan pendidik yang berkecimpung dalam Taman Penitipan Anak
tersebut.
TPA Daarul
‘Ilmi mempunyai visi dan misi sebagai berikut:
VISI : “Menjadikan Taman Penitipan Anak
Daarul ‘Ilmi sebagai sarana membentuk generasi yang sholeh dan ‘alim”
MISI :
1.
Membekali anak didik agar dapat mecintai
Alloh dan RosulNya.
2.
Memberikan dasar pondasi bagi anak didik
agar menjadi pribadi yang sholeh dan sholihah, serta berbakti kepada orangtua.
3.
Membina serta mengarahkan agar anak
didik dapat berfikir secara kreatif dan mandiri.
4.
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dengan system learning by doing dalam
kegiatan permainan yang menyenangkan bagi anak didik.
Program S1
PG-PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusannya menjadi tenaga pendidik PAUD
Profesional yaitu yang dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasi.
Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa adalah Analisis Kegiatan
Pengembangan Anak Usia Dini. Dalam rangka memenuhi tugas dalam mata kuliah
tersebut maka telah dilakukan penelitian di TPA Daarul ‘Ilmi pada tanggal 27
Mei 2015 yang bertujuan mengumpulkan data mengenai kegiatan- kegiatan anak yang
dianggap perlu diteliti lebih lanjut untuk selanjutnya dianalisis kritis.
Lingkungan
belajar yang memiliki kualitas performance
yang tinggi dengan mudah dapat menumbuhkan minat anak untuk ingin mencoba
memasukinya dan membuat anak mengetahui apa dan bagaimana lingkungan belajar
tersebut. Apabila anak- anak selalu antusias ingin memasuki suatu lingkungan
belajar yang diciptakan oleh pendidik dan mereka tidak nampak bosan maka hal
ini mengidentifikasikan bahwa pendidik berhasil menciptakan dan menyiapkan
lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak. Sebaliknya, apabila anak-
anak tidak tertarik dengan lingkungan belajar yang telah disiapkan atau bahkan
anak nampak bosan saat bermain dalam lingkungan belajar tersebut dengan menunjukkan
penolakannya maka hal tersebut merupakan indikasi bahwa lingkungan belajar yang
disiapkan oleh pendidik belum sesuai dengan kebutuhan anak. Hal tersebut
menarik untuk dilakukan penelitian di TPA Daarul ‘Ilmi.
B.
Fokus Penelitian
Setelah diadakan observasi di TPA Daarul ‘Ilmi, maka
penelitian ini terfokus pada “pengelolaan lingkungan belajar indoor yang sesuai perkembangan anak di
TPA Daarul ‘Ilmi”
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1.
Mengumpulkan
data mengenai:
a.
Alasan pendidik
melakukan kegiatan “pengelolaan lingkungan belajar indoor yang sesuai perkembangan anak di TPA Daarul ‘Ilmi”;
b.
Tujuan pendidik
melakukan kegiatan tersebut;
c.
Kebijakan yang
mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut;
2.
Membuat analisis kritis (critical
analysis) mengenai kegiatan tersebut
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk
1.
Memberi masukan
terhadap kegiatan pengembangan anak di TPA Daarul ‘Ilmi
2.
Melatih
mahasiswa melakukan Penelitian Kelas
3.
Mengembangkan
kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengelolaan Lingkungan Belajar Indoor
Sesuai dengan
karakteristiknya, masa usia dini disebut masa peka. Pada masa ini anak sangat
sensitif atau sangat peka terhadap sesuatu di sekitarnya sehingga pada masa ini
merupakan saat yang paling tepat bagi anak untuk menerima respons atau
rangsangan yang diberikan oleh
lingkungannya. Dengan demikian, lingkungan sebagai unsur yang menyediakan
sejumlah rangsangan perlu mendapat perhatian dan perlu diciptakan sedemikian
rupa, agar menyediakan objek- objek sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
anak. Untuk itu, dibutuhkan perencanaan yang matang. Ketepatan lingkungan
belajar secara langsung maupun tidak langsung akan sangat mempengaruhi proses
dan hasil belajar yang akan dicapai anak.
Idealnya dalam
pengelolaan lingkungan belajar adalah penggabungan dari dua hal, guru yang
superior yaitu memadai dalam pengetahuan dan pengalamannya, dilengkapi ruangan
dengan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan minat anak.
Ms. Johnson (dalam
Luluk Asmawati, 2014:3.5) mempunyai pandangan yang ekstrim yaitu, pada
kenyataannya seorang anak akan lebih tertarik pada lingkungan kelas dan
pembelajaran tertentu yang membutuhkan tantangan untuk membuat kegiatan sehari-
hari berjalan dengan menyenangkan. Pendapat ini menunjukkan bahwa, faktor
lingkungan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membedakan kualitas
program di lembaga PAUD, oleh karena itu guru harus berhati-hati dalam merencanakan
dan mengorganisir ruang kelas dan peralatannya.
Pandangan konstruktivis
yang dimotori oleh dua orang ahli psikologi yaitu Jean Piaget dan Lev Vigotsky
berasumsi bahwa anak adalah pembangun pengertian yang aktif. Anak
mengonstruksi/ membangun pengetahuannya berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan
tersebut diperoleh anak dengan cara membangun sendiri secara aktif melalui
interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan.
Para ahli konstruktivis
meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak memahami dunia di sekeliling
mereka. Pembelajaran menadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya
anak, orang dewasa dan lingkungan. Anak membangun pemahaman mereka sendiri
terhadap dunia. Mereka memahami apa yang terjadi di sekeliling mereka dengan
menyintesis pengalaman- pengalaman baru dengan berbagai hal yang telah mereka
pahami sebelumnya.
Pendekatan
konstruktivis ini menekankan pada pentingnya keterlibatan anak dalam proses
pembelajaran. Untuk itu maka guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar
yang menyenangkan, akrab, dan hangat melalui kegiatan bermain maupun
berinteraksi dengan lingkungan sehingga dapat merangsang partisipasi aktif dari
anak.
B.
Rambu- Rambu Lingkungan Dan Perlengkapan Menurut
Standar NAEYC
Panduan National Association Education for the Young
Children (NAEYC) dalam bukunya Developmentally
Appropriate Practice (DAP)(1991) menyatakan bahwa amak- anak pada semua
usia membutuhkan periode tanpa interupsi untuk melakukan berbagai kegiatan yang
meliputi investigasi dan kegiatan pilihan (dikutip dari Luluk Asmawati, 2014:
3.7). Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan
kegiatan pilihan bagi anak adalah menyiapkan lingkungan belajar dengan berbagai
kegiatan pilihan yang merangsang dan menantang meskipun bukan berarti harus
dengan peralatan yang lengkap.
Persiapan dan pengelolaan lingkungan yang sesuai
dengan perkembangan anak, para penanggung jawab biasanya mulai dari peralatan
dan persediaan dan hal lainnya yang tercakup, sering kali harus membuat
keputusan secara hati- hati, seperti berikut ini.
a.
Memilih dan
menyediakan beberapa peralatan dan persediaan yang sesuai perkembangan
b.
Menata peralatan
dan persediaan dalam cara terorganisasi
c.
Menciptakan
jadwal harian secara rutin dan konsisten dengan masa transisi yang fleksibel
Tabel 2.1
Rambu- rambu lingkungan
dan perlengkapan untuk bayi usia 0-3 tahun menurut standar NAEYC
komponen
|
Praktik Pengasuhan yang sesuai
|
Lingkungan
|
Area untuk
penggantian popok, tidur, pemberian makan, dan kegiatan bermain dibuat
bersekat untuk menjamin sanitasi serta menciptakan ketenangan dan kenyamanan
|
Lingkungan terdiri dari perpaduan
elemen yang lembut (misanya batal, kasur kecil untuk tidur, dinding yang
dilapisi bahan lembut) dan elemen yang keras (kursi, cermin, tempat tidur)
|
|
Bayi dapat menikmati warna- warna yang
kontras dan disain yang menarik di ruangan TPA. Warna- warna yang terang
digunakan untuk membedakan berbagai pola atau benda
|
|
Tiap bayi memiliki sendiri tempat
tidur, alat makan, pakaian, popok, botol dot, dan benda- benda kebutuhan
pribadi tiap bayi lainnya. Tiap benda tersebut diberi label sesuai nama
pemiliknya
|
|
Area yang dipergunakan untuk bermain
dipindah- pindah secara berkala dalam sehari. Kadang bayi diajak bermain di
lantai, kadang di kereta dorong, atau digendong, ditepuk- tepuk, diayun, dan
berbagai variasi yang akan membuat bayi merasakan perspektif yang berbeda
tentang berbagai orang dan tempat.
Bayi dirawat dengan baik, di dalam dan
di luar ruangan
|
|
Cermin diletakkan setinggi bayi
berdiri sehingga bayi dapat mengamati dirinya sendiri, misalnya di dinding
dekat pintu atau di depan ruang ganti popok
|
|
Udara segar, suhu ruangan dan kondisi
yang nyaman selalu dipelihara
|
|
Ruangan tampak meriah dan dihiasi
berbagai gambar yang dipasang dengan tinggi sesuai mata bayi. Gambar- gambar
tersebut dapat berupa gambar wajah
orang yang dikenal, hewan kesayangan, dan foto tiap bayi dan keluarganya
|
|
Berbagai variasi musik diputarkan
untuk menciptakan kegembiraan saat bayi mendengarkan sambil makan, olah tubuh
atau bernyanyi
|
|
Pembagian ruangan dirancang teliti
sehingga bayi dapat menikmati saat kegiatan tenang/ istirahat.
Ada ruangan khusus bagi bayi untuk
berguling- guling atau merangkak meraih benda- benda yang menarik.
Lantai dilapisi karpet yang mudah
dibersihkan.
Sehari- hari bayi bertelanjang kaki,
kecuali kondisinya tidak memungkinkan.
|
|
Perlengkapan
|
Mainan aman bagi bayi, dapat
dibersihkan/ dicuci dan terlalu besar untuk tertelan oleh bayi
|
|
Jenis mainan dikembangkan dengan
menyesuaiakan perilaku bayi, misalnya untuk dipanjat, digigit atau digoyang
atau ditekan
|
|
Perpindahan benda dirancang untuk
selalu dapat dilihat dan diikuti oleh pandangan bayi untuk melatih
perkembangan persepsinya.
Benda- benda tersebut segera
dipindahkan jika bayi sudah berhasil meraihnya dan menggenggamnya
|
|
Mainan disediakan dalam berbagai
ukuran yang memungkinkan bayi dapat menggenggamnya, menggigitnya atau
mengotak-atiknya
|
|
Mainan disiapkan dalam loker- loker
yang terbuka dengan tinggi loker sesuai tinggi bayi sehingga bayi dapat
memilihnya sendiri tanpa minta tolong pada pendidik
|
|
Disediakan tanjakan atau tangga yang
tidak terlalu tinggi dan bertrap-trap pendek untuk dipanjat. Tangga tersebut
dilapisi dengan bahan yang lunak dan aman untuk dijelajahi
|
|
Tersedia berbagai buku yang dibuat
dari dupleks tebal dengan ujung buku yang tidak bersudut. Buku beris gambar-
gambar yang berwarna cerah, menarik dan gambar buku berupa benda- benda yang
sudah dikenal bayi
|
|
Berbagai bahan dari majalah bergambar
yang melukiskan manusia berbagai usia atau ciri khas yang positif dari
berbagai suku disediakan dengan lengkap
|
C.
Standar
Sarana dan Prasarana Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009
Standar Sarana dan Prasarana adalah perlengkapan
untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pengasuhan, dan
perlindungan. Pengadaan sarana dan prasarana perlu disesuaikan dengan jumlah
anak, kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan PAUD.
1. Prinsip:
a. Aman,
nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak.
b. Sesuai
dengan tingkat perkembangan anak.
c. Memanfaatkan
potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk barang
limbah/bekas layak pakai.
2. Persyaratan
a. PAUD Jalur Pendidikan Formal
1) Luas
lahan minimal 300 m2.
2) Memiliki
ruang anak dengan rasio minimal 3 m2 per peserta didik, ruang guru, ruang
kepala sekolah, tempat UKS, jamban dengan air bersih, dan ruang lainnya yang
relevan dengan kebutuhan kegiatan anak.
3) Memiliki
alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, dan pabrik.
4) Memiliki fasilitas permainan baik di dalam
maupun di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep.
5) Memiliki peralatan pendukung keaksaraan.
b. PAUD
Jalur Pendidikan Nonformal
1) Kebutuhan
jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan
kelompok usia yang dilayani, dengan luas minimal 3 m2 per perseta didik.
2) Minimal
memiliki ruangan yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas anak yang
terdiri dari ruang dalam dan ruang luar, dan kamar mandi/jamban yang dapat
digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup.
3) Memiliki
sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia
yang dilayani.
4) Memiliki
fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang dapat mengembangkan
berbagai konsep.
5) Khusus untuk TPA, harus tersedia fasilitas
untuk tidur, mandi, makan, dan istirahat siang.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini
adalah 11 anak didik TPA Daarul ‘Ilmi, dua orang pendidik, dan pimpinan Taman
Penitipan Anak Daarul ‘Ilmi Sleman.
B.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode interpretatif yaitu
menginterpretasikan data mengenai fenomena/ gejala yang diteliti di lapangan. Pendekatan
interpretatif memandang penelitian ilmiah tidaklah cukup untuk dapat
menjelaskan 'misteri' pengalaman manusia sehingga diperlukan unsur manusiawi
yang kuat dalam penelitian. Kebanyakan mereka yang berada dalam kelompok ini
lebih tertarik pada kasus-kasus individu dari pada kasus-kasus umum (Morissan,
2009).
C.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1.
Observasi, yaitu
untuk melihat fenomena yang unik/ menarik untuk dijadikan fokus penelitian
2.
Wawancara, yaitu
untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian
3.
Dokumentasi,
yaitu mengumpulkan bukti- bukti dan penjelasan yang lebih luas mengenai fokus
penelitian
BAB IV
ANALISIS DATA
A.
Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil
penelitian dibuat tabulasi sebagai berikut:
Observasi
|
Wawancara dengan
Guru
|
Wawancara dengan
Pimpinan TPA
|
Dokumentasi
|
-Ruangan berbetuk persegi dengan
ukuran 4,5 x4,5 m atau 20,25 m2
Satu ruangan yang digunakan untuk
gudang penyimpanan dengan ukuran 2,5 x 2 m atau 5m2 terletak
disebelah ruang box bayi.
-Dinding ditempeli hasil karya anak
tidak ada gambar- gambar, hanya ditempeli APE berupa gambar buah- buahan di
dalamnya tertulis huruf- huruf,
-Dinding dicat warna biru muda dengan
coretan anak dimana-mana
-Lemari dan rak diletakkan dipinggir
ruangan. Terdapat satu rak mainan yang terdiri dari 3 tingkat, satu rak tas
setinggi 60 cm, satu lemari untuk menyimpan bahan dan perlengkapan makan
(piring,gelas), satu lemari pakaian, dan satu lemari plastik
|
Ya..
tentunya saya ikut membantu menata kelas
|
Kami
bersama- sama menatanya, pendidik dan pengelola yang tentunya memberi
prasarananya
|
-Dalam
dokumen terdapat visi dari TPA adalah menjadikan Taman Penitipan Anak Daarul ‘Ilmi
sebagai sarana membentuk generasi yang sholeh dan ‘alim
-Foto ruang kelas TPA
|
Anak
tidur di karpet yang dialasi dengan kasur bersama- sama, bergerombol, dan
berdesakan
|
-Untuk
tidur anak- anak, kami menggelar kasur karena kalau cuma memakai karpet
tentunya dingin tidak bagus untuk kesehatan anak
-Semua
kegiatan memang dilakukan bersama-sama karena untuk anak TPA yang dari pagi
hanya sekitar 6 anak yang aktif selebihnya tambahan anak dari KB yang sudah
pulang. Untuk tempat sendiri memang seperti ini adanya.
-Kami baru merintis jadi masih banyak
kekurangan disana- sini.
|
|
Foto anak tidur bersama- sama
|
Satu
box bayi terlihat didalam ruangan berukuran 2,5 x2,5 m atau sekitar 6,25 m2
yang dipergunakan untuk menyimpan kasur- kasur untuk tidur
|
Kami
sudah menyiapkan box bayi akan tetapi tidak digunakan karena bayinya cuma
satu dan itu juga putranya bu guru TK sini
|
|
Foto ruangan/ tempat tidur bayi
|
Anak
mandi dan toilet training di kamar
mandi sebelah masjid
|
Kami
menggunakan kamar mandi di sebelah masjid
|
|
|
Anak makan siang
dengan menu yang sudah disediakan oleh lembaga
|
Karena di sini gabung dengan pondok
pesantren jadi dapur tidak ada dan makanan sudah dimasakkan dari pondok
pesantren
|
|
Foto anak makan siang bersama
|
Anak minum dengan
mengambil gelas plastik dari lemari peralatan dan mengambil air dari
dispenser sendiri
|
ya memang sudah pernah ada anak yang
kena air panas, itu juga karena anaknya memang agak ceroboh kurang perhatian.
Setiap hari kami memberi tahu anak kalo yang merah air panas dan biru air
dingin dan mereka sudah mengerti.
|
|
|
Anak naik memanjat
rak mainan yang pertama untuk mengambil mainan di rak kedua
|
Ya.. memang sering begitu, anak maunya
mainan yang diatas karena tidak sampai terus memanjat.
|
|
|
Anak dibiarkan
telanjang kaki dan belajar memakai sendal di saat keluar kelas
|
- kadang- kadang anak langsung lari
tidak memakai sendal saat keluar
- untuk melatih otot-otot kaki anak
agar dapat berkembang optimal
|
|
|
B.
Analisis
Kritis
Visi dari TPA
Daarul ‘Ilmi adalah menjadikan Taman Penitipan Anak Daarul ‘Ilmi sebagai
sarana membentuk generasi yang sholeh dan ‘alim. Untuk mewujudkan hal tersebut
tentu saja tidak hanya membutuhkan guru yang superior guru yaitu guru yang memadai dalam pengetahuan dan
pengalamannya, namun harus dilengkapi ruangan dengan peralatan yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan dan minat anak.
Sesuai dengan ketentuan Permendiknas nomor 58 tahun
2009 bahwa sebuah lembaga PAUD harus memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3
m2 per peserta didik. Di TPA Daarul ‘Ilmi ruang yang digunakan untuk
kegiatan belajar anak adalah 20,25 m2 dengan anak didik aktif 11
anak. Hal ini berarti satu anak didik hanya memiliki ruang 1,8 m2.
Apabila dilihat dari ketentuan yang sudah diatur, tentu ruang yang dimiliki TPA
Daarul ‘Ilmi belum memenuhi syarat. Untuk itu perlu perluasan ruang agar anak
lebih leluasa dalam melaksanakan kegiatan belajar sambil bermain. Ini penting
dilakukan karena pengetahuan anak diperoleh dengan cara membangun sendiri
secara aktif melalui interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan sesuai
dengan yang dikemukakan para ahli konstruktivis.
Khusus untuk TPA juga harus tersedia
fasilitas untuk tidur, mandi, makan, dan istirahat siang sesuai ketentuan dalam
Permendiknas nomor 58 tahun 2009. Di TPA Daarul ‘Ilmi, anak- anak melaksanakan toilet training dan mandi di kamar mandi
sebelah masjid yang letaknya tidak begitu dekat dengan kelas. Hal ini
mengakibatkan setiap anak yang ingin buang air harus berjalan dulu melewati
depan masjid lalu menuju samping masjid agak belakang. Tempat istirahat dan
tidur siang anak didik TPA Daarul ‘Ilmi tetap menggunakan karpet besar yang
biasanya untuk belajar dan bermain ditambahkan kasur yang dibongkar pasang
apabila anak-anak sudah jadwalnya tidur. Bisa diartikan bahwa meskipun belum
ada tempat tidur khusus akan tetapi lembaga sudah berusaha menyediakan tempat
untuk tidur anak walaupun masih berdesak- desakan.
Salah satu prinsip pengadaan sarana dan
prasarana untuk PAUD sesuai Permendiknas nomor 58 tahun 2009 adalah aman,
nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak. Anak- anak di TPA Daarul ‘Ilmi minum dengan mengambil
gelas plastik dari lemari peralatan dan mengambil air dari dispenser sendiri
padahal dispenser tersebut terdapat air panas yang menyala. Hal ini tentunya
berbahaya bagi anak, terbukti sudah ada anak yang terkena air panas meskipun
tidak parah. Melihat kenyataan ini seharusnya anak tidak boleh dibiarkan dalam
bahaya. Akan lebih baik jika anak disediakan air minum dingin sendiri yang
tidak memakai dispenser dengan air panas.
Menurut standar NAEYC
bahwa bayi harus dapat menikmati warna- warna yang kontras dan disain yang
menarik di ruangan TPA. Ruangan tampak meriah dan dihiasi berbagai gambar yang
dipasang dengan tinggi sesuai mata bayi. Gambar- gambar tersebut dapat berupa gambar wajah orang yang dikenal, hewan
kesayangan, dan foto tiap bayi dan keluarganya. Di dalam ruang kelas TPA Daarul
‘Ilmi dindingnya
ditempeli hasil karya anak yang disusun rapi, tidak ada gambar- gambar, hanya
ditempeli APE berupa gambar buah- buahan di dalamnya tertulis huruf-
huruf, dinding dicat warna biru muda
dengan coretan anak dimana-mana. Ruangan tidak tampak meriah, warna cat yang
polos dan sudah kotor karena coretan anak- anak. Untuk
itu maka guru/ pendidik harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, akrab, dan hangat melalui kegiatan bermain maupun berinteraksi
dengan lingkungan sehingga dapat merangsang partisipasi aktif dari anak.
Misalnya dengan mengecat ulang dinding kelas dengan gambar warna- warni.
Standar
NAEYC selanjutnya adalah adanya ruangan khusus bagi bayi untuk berguling-
guling atau merangkak meraih benda- benda yang menarik. Lantai dilapisi karpet
yang mudah dibersihkan. Sehari- hari bayi bertelanjang kaki, kecuali kondisinya
tidak memungkinkan. Dalam hal ini di TPA Daarul “Ilmi sudah menyediakan ruangan
khusus bayi tetapi tidak dipergunakan karena memang belum dibutuhkan. Lantai
sudah dilapisi karpet besar yang mudah untuk dibersihkan meskipun hanya
setengah ruangan saja, tidak seluruhnya. Setiap harinya anak dibiarkan
telanjang kaki dengan tujuan agar otot- otot kaki anak dapat berkembang secara
optimal.
Mainan disiapkan dalam
loker- loker yang terbuka dengan tinggi loker sesuai tinggi bayi sehingga bayi
dapat memilihnya sendiri tanpa minta tolong pada pendidik. Pada kenyataannya
anak masih harus memanjat saat akan mengambil mainan karena diletak di rak
kedua yang tidak terjangkau oleh anak. Sebaiknya loker mainan tidak diletakkan
di rak yang tinggi, harus mempertimbangkan tingkat jangkauan anak. Selain untuk
kemudahan anak juga untuk keamanan anak sendiri. Apabila ditempatkan ditempat
yang tinggi bisa saja mengakibatkan anak jatuh saat memanjat mengambil mainan
di rak.
Mainan disediakan dalam
berbagai ukuran yang memungkinkan bayi dapat menggenggamnya, menggigitnya atau
mengotak-atiknya. Dalam hal ini di TPA Daarul ‘Ilmi sudah menyediakan beberapa
macam mainan seperti lego, puzzle dan APE sebagai mainan anak sekaligus untuk
pembelajaran. Anak- anak bisa memilih sendiri mainannya sesuai keinginan
mereka.
Tidak tersedianya
berbagai buku yang dibuat dari dupleks tebal dengan ujung buku yang tidak
bersudut. Buku berisi gambar- gambar yang berwarna cerah, menarik dan gambar buku
berupa benda- benda yang sudah dikenal bayi. Berbagai bahan dari majalah
bergambar yang melukiskan manusia berbagai usia atau ciri khas yang positif
dari berbagai suku disediakan dengan lengkap. Baik buku ataupun majalah
bergambar semuanya belum ada di TPA Daarul ‘Ilmi. Padahal pengenalan buku
kepada anak sejak dini dapat menumbuhkan minat anak dalam membaca buku. Di TPA Daarul ‘Ilmi juga belum
menyediakan cermin untuk anak bercermin. Cermin dapat diletakkan setinggi bayi
berdiri sehingga bayi dapat mengamati dirinya sendiri, misalnya di dinding
dekat pintu atau di depan ruang ganti popok.
Dari uraian tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengelolaan lingkungan belajar indoor yang sesuai perkembangan anak di
TPA Daarul ‘Ilmi ada yang sudah sesuai dan beberapa yang belum sesuai dengan
standar NAEYC ataupun sesuai aturan
Permendiknas nomor 58 tahun 2009.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Luas ruang kelas
belum memenuhi sesuai standar yaitu 3 m2 per anak
2.
Fasilitas untuk
mandi sudah ada meskipun baru seadanya, masih menggunakan kamar mandi masjid
sedangkan untuk istirahat/ tidur siang menggunakan kasur yang di bongkar pasang
3.
Loker mainan
berupa rak bertingkat sehingga menyulitkan anak dalam mengambil mainan
4.
Ruangan tidak tampak meriah karena tidak
ada tempelan gambar dan cat dindingnya polos
5.
Ruang bayi sudah
ada meskipun tidak digunakan
6.
Mainan sudah
tersedia beberapa macam
7.
Buku ataupun
majalah bergambar, dan cermin belum tersedia
B.
Saran
1.
Perlu adanya
perluasan ruangan agar anak dapat lebih leluasa dalam bermain di dalam kelas
2.
Apabila
memungkinkan kamar mandi disediakan lebih dekat dengan ruang kelas
3.
Mainan disiapkan
dalam loker- loker yang terbuka dengan tinggi loker sesuai tinggi bayi sehingga
bayi dapat memilihnya sendiri
4.
Mengecat ulang
dinding kelas dengan warna yang terang agar tampak meriah
5.
Sediakan buku,
majalah bergambar dan cermin untuk anak belajar mengenal buku dan mengenal
dirinya sendiri dengan melihat cermin.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawati, Luluk; dkk (2014). Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
http://pendidikan.kulonprogokab.go.id/files/Permen-No-58-TH-2009.pdf (diunduh tanggal 26 Mei 2015)
Setiawan,
Denny. (2014). Analisis Kegiatan
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
IZIN COPY
BalasHapustrimakasih , sangat menginspirasi
BalasHapus