BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Anak adalah amanat bagi
orang tua dan asset bangsa yang menentukan masa depan bangsa itu. Orang bijak
mengatakan untuk melihat masa depan suatu bangsa adalah dengan melihat keadaan
anak dan pemudanya. Oleh sebab itu kita berkewajiban memberi hak- haknya sedini
mungkin. Salah satunya adalah memberikan yang tepat sehingga anak dapat tumbuh
dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya dan mampu meningkatkan
potensi yang dimilikinya.
Pendidikan Taman Kanak-
kanak merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memberikan pelayanan
pendidikan untuk usia 4 sampai 6 tahun. Sedang tugas utama seorang pendidik TK
adalah memeberikan stimulasi dan rangsangan bagi anak untuk mengoptimalkan
fungsi organ- organ dalam tubuh yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan sikap dan perilakunya di masa mendatang.
Taman Kanak-kanak Daarul ‘ilmi merupakan salah satu TK
yang berada di Jln. Magelang Km.11 Murten, Kelurahan
Tridadi, Kecamatan
Sleman, Kabupaten Sleman, DIY. Sebelum berdirinya PAUD, Taman Kanak-kanak
sudah beroperasional sejak tahun 1986 yang kemudian berkembang dengan
berdirinya Kelompok Bermain dan TPA.
Taman Kanak-kanak Daarul ‘Ilmi pada mulanya
bernama TKIC GUPPI (Taman Kanak-kanak
Islamic Centre Gerakan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam). TK ini didirikan oleh beberapa pendiri yaitu
bapak KH. M. Fatwa Ma’ruf, bapak Drs Raden Suprapto dan bapak Tujiono (Alm).
Berawal dari bentuk keprihatinan beliau akan pendidikan anak usia dini pada
waktu itu, maka didirikanlah Taman Kanak-kanak yang bernama bernama TK GUPPI.
Pada awalnya kegiatan pembelajaran
berada di rumah Ibu Sulastri. Selama waktu berjalan, TK tersebut bergabung
dengan Yayasan Daarul ‘Ilmi dan kemudian diberi nama TK Daarul ‘Ilmi. TK Daarul ‘Ilmi sekarang merupakan salah satu
lembaga pendidikan formal PAUD Daarul ‘Ilmi dibawah perlindungan Yayasan Daarul
‘Ilmi Sembada
TK Daarul ‘Ilmi
mempunyai visi dan misi sebagai berikut:
VISI : “Terwujudnya
Taman Kanak-kanak yang berkualitas, dapat mengembangkan potensi peserta didik
yang taqwa, cerdas, trampil dan berakhlakul karimah.”
MISI :
1. Melaksanakan pembelajaran secara efektif
dengan pendekatan variatif, aktif dan positif, sehingga potensi peserta didik
berkembang secara optimal.
2. Mengembangkan pola pikir,dzikir dan amal.
3. Menanamkan cinta ALLAH dan Rosul sejak dini.
Program S1 PG-PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusannya menjadi
tenaga pendidik PAUD Profesional yaitu yang dapat mengembangkan program PAUD
dan membuat inovasi. Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa
adalah Analisis Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Dalam rangka memenuhi
tugas dalam mata kuliah tersebut maka telah dilakukan penelitian di TK Daarul ‘Ilmi
pada tanggal 26 Mei 2015 yang bertujuan mengumpulkan data mengenai kegiatan-
kegiatan anak yang dianggap perlu diteliti lebih lanjut untuk selanjutnya
dianalisis kritis.
Anak- anak yang telah diajar membaca sebelum masuk SD pada umumnya lebih
maju di sekolah dari anak- anak yang belum pernah memperolah membaca dini.
Tidak ada efek negatif mengajarkan membaca dini pada anak. Pemahaman diperoleh
apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengembangan bahasa dalam hal
membaca.
B.
Fokus Penelitian
Setelah diadakan observasi di TK Daarul ‘Ilmi, maka
penelitian ini terfokus pada salah satu kegiatan anak yaitu kegiatan “pengembangan
bahasa melalui kegiatan mencari dan menuliskan kata yang sudah dikenal anak
dari buku cerita bergambar”.
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1.
Mengumpulkan
data mengenai:
a.
Alasan pendidik
melakukan kegiatan “pengembangan bahasa melalui kegiatan mencari dan menuliskan
kata yang sudah dikenal anak dari buku cerita bergambar”;
b.
Tujuan pendidik
melakukan kegiatan tersebut ;
c.
Kebijakan yang
mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut;
2.
Membuat analisis kritis (critical
analysis) mengenai kegiatan tersebut.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk
1.
Memberi masukan
terhadap kegiatan pengembangan anak di TK Daarul ‘Ilmi
2.
Melatih
mahasiswa melakukan Penelitian Kelas
3.
Mengembangkan
kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD
BAB II
LANDASAN TEORI
- Pengertian Bahasa
Bromley
(1992) mendefinisikan bahasa sebagai
sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang
terdiri dari simbol- simbol visual maupun verbal. Individu dapat memanipulasi
simbol- simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan
berpikirnya. Badudu (1989) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau
komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu- individu yang
menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya.
Jadi bahasa
adalah suatu modifikasi komunikasi yang meliputi sistem simbol khusus yang
dipahami dan digunakan sekelompok individu untuk mengkomunikasikan berbagai ide
dan informasi.
- Peranan Membaca dan Menulis
Membaca pada
hakikatnya adalah suatu kegiatan menerjemahkan simbol-simbol ke dalam bunyi-bunyi
dan memahami maknanya. Farris (Rouf, 2009) mendefinisikan membaca sebagai
pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan
oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca.
Dengan demikian, pemahaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau
pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam
bacaan.
Syafi’i
(Rouf, 2009) menyatakan bahwa “membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik
atau yang disebut proses mekanis, berupa kegiatan mengamati tulisan secara
visual, sedangkan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah
informasi”. Tarigan (1991:7)
menjelaskan bahwa “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui
media bahasa tulis”.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Rouf, 2009) membaca didefinisikan sebagai melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam hati.
Secara linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan
sandi.
Berdasarkan
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses
menerjemahkan sandi atau simbol-simbol yang tertulis terhadap teks bacaan
dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, dan
menerapkan pola berfikir dan bernalar mengolah teks bacaan secara kritis dan
kreatif untuk mendapatkan pesan baik secara tersirat maupun tersurat.
Durkin
(1966;1966a) telah mengadakan penelitian tentang pengaruh membaca dini pada
anak- anak. Dia menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada anak- anak dari
membaca dini. Anak- anak yang telah diajar membaca sebelum masuk SD pada
umumnya lebih maju di sekolah dari anak- anak yang belum pernah memperolah
membaca dini.
Steinberg
telah berhasil dalam eksperimennya tentang mengajar membaca dini untuk anak-
anak berusia antara 1-4 tahun. Dia juga menemukan bahwa anak-anak yang telah
mendapat pelajaran membaca dini pada umumnya lebih maju di sekolah. Steinberg
(1982:214-215) mengemukakan bahwa setidaknya ada empat keuntungan mengajar anak
membaca dini dilihat dari segi proses belajar- mengajar.
1.
Belajar membaca dini memenuhi rasa ingin tahu anak
2.
Situasi akrab dan informal di rumah, KB, dan TK
merupakan faktor yang kondusif bagi anak untuk belajar
3.
Anak- anak yang berusia dini pada umumnya perasa dan
mudah terkesan serta dapat diatur
4.
Anak- anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu
dengan mudah dan cepat
Menurut
Poewadarminto (1982), menulis memiliki batasan sebagai berikut : (1) Membuat
huruf, angka, dan lainnya dengan pena, kapur dan sebagianya; (2) Mengekspresikan
pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan lainnya dengan
tulisan. Senada dengan pernyataan tersebut Badudu (1982) mengemukakan bahwa
menulis adalah menggunakan pena, potlot, ball point di atas kertas, kain
ataupun papan yang menghasilkan huruf, kata, maupun kalimat. Dengan demikian
menulis bukanlah sekedar membuat huruf- huruf ataupun angka pada selembar
kertas dengan menggunakan berbagai alternatif media, melainkan merupakan upaya
untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ada pada diri individu.
Feldman
(1991) memberikan batasan tentang tahapan kemampuan menulis pada anak sebagi
berikut:
1.
Scribble on
the page, yaitu membuat goresan pada kertas. Dalam tahapan ini anak membuat gambar
ataupun huruf- huruf yang terpisah.
2.
Copy word, yaitu
mencontoh huruf. Anak mulai tertarik untuk mencontoh huruf- huruf seperti dalam
kata mama, papa, dan sebagainya.
3.
Invented
Spelling, yaitu belajar mengeja. Dalam tahapan ini anak mulai menemukan cara
mengeja dan menulis huruf sesuai bunyinya.
Leonhardt
(1999: 14) membaca sangat penting bagi anak. Anak- anak yang gemar membaca akan
mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara, menulis,
dan memahami gagasan- gagasan rumit secara lebih baik. Kegemaran membaca harus
dikembangkan sejak dini. Sejalan dengan pendapat ini Montessori dan Hainstock
mengemukakan bahwa pada usia 4-5 tahun anak sudah bisa diajarkan membaca dan
menulis. Bahkan membaca dan menulis merupakan permainan yang menyenangkan bagi
anak usia dini. Hal ini diperkuat lagi oleh Tom dan Harriet Sobol bahwa anak
yang sudah memiliki kesiapan membaca di TK akan lebih percaya diri dan penuh
kegembiraan (2003: 26). Oleh karena itu, berdasarkan pendapat di atas, kemampuan
membaca dan menulis sudah dapat dikembangkan di TK. Seperti yang dikemukakan
oleh Moleong (2003:25) salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak- anak
TK adalah kemampuan membaca dan menulis.
Hal ini
mengingat potensi dasar yang harus dimilik setiap anak sebagaimana tertuang
dalam Undang- undang nomor 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional, yakni “
Sistem Pendidikan Nasional” harus dapat memberikan pendidikan dasar bagi setiap
warga negara Republik Indonesia agar masing- masing memperoleh sekurang-
kurangnya pengetahuan membaca, menulis, dan berhitung serta mempergunakan
Bahasa Indonesia yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk berbangsa dan
bernegara.
Jadi,
pengembangan kemampuan membaca dan menulis di TK dapat dilaksanakan selama
masih dalam batas- batas aturan praskolastik dan sesuai dengan karakteristik
anak
C.
Kemampuan Bahasa Anak Taman Kanak-Kanak Dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 Untuk
Kelompok B (5- 6 Tahun)
1.
Kompetensi Dasar
Anak
mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata
dan mengenal simbol- simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan
menulis.
2.
Hasil belajar
a)
Dapat
mendengarkan dan membedakan bunyi suara, bunyi bahasa dan mengucapkannya dengan
lafal yang benar
Indikator
:
1)
Membedakan dan
menirukan kembali bunyi/ suara tertentu
2)
Menirukan
kembali 4-5 urutan kata
3)
Membedakan
kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama (misal: kaki-kali) dan suku
kata akhir yang sama (misal: nama-sama) dan lain-lain
b)
Dapat
mendengarkan dan memahami kata dan kalimat sederhana serta mengkomunikasikannya
Indikator
:
1)
Melakukan 3-5
perintah secara berurutan dengan benar
2)
Mendengarkan dan
menceritakan kembali cerita secara urut
c)
Dapat
berkomunikasi/ berbicara lancar secara lisan dengan lafal yang benar
Indikator
:
1)
Menyebutkan nama
diri, nama orang tua, jenis kelamin, alamat rumah dengan lengkap
2)
Menceritakan
pengalaman/ kejadian secara sederhana dengan urut
d)
Memiliki
perbendaharaan kata yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari
1)
Bercerita
menggunakan kata ganti aku, saya, kamu, dia, mereka
2)
Menunjuk dan
menyebutkan gerakan- gerakan misalnya: duduk, jongkok, berlari, makan, dan
lain- lain
3)
Menunjuk dan
memberikan keterangan yang berhubungan dengan posisi/ keterangan tempat
4)
Membuat gambar
dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan/ tulisan yang sudah
berbentuk huruf/ kata
5)
Mengelompokkan
kata-kata yang sejenis
6)
Bercerita
tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri dengan urut dan bahasa
yang jelas
7)
Mengurutkan dan
menceritakan isi gambar seri (4-6 gambar)
e)
Memahami bahwa
ada hubungan antara bahasa lisan dengan tulisan (pra membaca)
Indikator:
1)
Membaca buku
cerita bergambar yang memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku
dengan menunjuk beberapa kata yang dikenalnya
2)
Menghubungkan
dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya
D.
Rancangan Kegiatan Pengembangan Membaca
Fenomena yang terjadi
sekarang banyak SD yang mengajukan persyaratan atau tes masuk dengan
menggunakan konsep akademik terutama tes “membaca dan menulis”. Hal ini apabila
tidak ditindak lanjuti dengan benar akan menyebabkan pergeseran tanggung jawab
pengembangan kemampuan skolastik (akademik) dari SD ke Taman Kanak-kanak.
Akibatnya Taman Kanak-kanak tidak lagi menjadi tempat bermain, bersosialisasi,
dan mendapatkan tempat yang banyak melainkan beralih fungsi menjadi sekolah
Taman Kanak- kanak dalam rangka menyekolahkan anak- anak secara dini dan
instan.
Pengembangan kemampuan
membaca di Taman Kanak- kanak bisa dilakukan dengan pendekatan pengalaman
berbahasa berdasarkan konsep DAP (Developmentally
Aproppriate Practice). Pendekatan ini disesuaikan dengan karakteristik
pembelajaran di TK yaitu melalui bermain dengan menggunakan metode mengajar
yang tepat untuk mengembangkan kemampuan membaca serta melibatkan anak dalam
kegiatan yang dapat memberikan berbagai pengalaman bagi anak.
Bromley (dalam Nurbiana
Dhieni, 2009: 5.27) menyatakan bahwa kita bisa mempercepat/ mendorong
pertumbuhan bahasa pada anak dengan menyediakan kesempatan untuk menggunakan bahasa
dan meningkatkan interaksi mereka dengan seksama dan keterlibatan mereka antara
lain dengan mengaitkan hal yang dekat dengan mereka. Program seni berbahasa
yang efektif mempunyai beberapa ciri antara lain:
1.
Integrasi
Keterampilan
berbahasa dapat dihubungkan, diajarkan secara bersamaan. Mendengarkan, membaca,
dan menulis dapat dikembangkan bersama secara alami.
2.
Buku- buku
Keterampilan
berbahasa akan diajarkan lebih efektif jika buku- bukunya berkualitas yang
ditulis untuk dan tentang anak.
3.
Interaksi dan
keterlibatan
Anak
belajar bahasa paling baik apabila mereka terlibat secara aktif menggunakan dan
memanipulasi bahasa dalam situasi nyata dan bermakna.
4.
Instruksi
Instruksi
yang efektif meliputi bimbingan yang hati- hati dan penunjukkan model yang
tepat. Guru harus mengetahui apa yang mereka nilai dan harapkan dari anak. Guru
harus menunjukkan kepada anak bagaimana belajar, dan juga harus memfasilitasi
belajar untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan.
E.
Manfaat Membaca Buku Bagi
Anak
Membaca
sangat erat kaitanya dengan kegiatan tulis menulis, pada tahap perkembangan
awal manusia menulis untuk menumpahkan ide atau gagasan, memberikan informasi
seputar kehidupannya, memberikan kabar berita dll. Sebelum ditemukannya kertas
orang orang pada zaman dahulu biasa menulis di atas kulit hewan, diatas daun
atau kulit pohon yang dikeringkan dll. Dengan membaca kita dapat mendapatkan
informasi atau mengetahui isi dari tulisan tersebut.
Banyak
sekali manfaat atau keuntungan
yang dapat kita raih dengan membaca buku terutama sekali bagi anda yang
memiliki anak biasakanlah sejak dini untuk gemar membaca buku tentu saja buku
buku yang bermanfaat bagi anak anda seperti buku pelajaran, buku cerita atau
dongeng yang banyak mengandung pesan moral, buku sejarah dll. Isi kegiatan
sehari hari anak anda dengan banyak membaca buku
berikut ini manfaat membaca buku bagi anak sejak dini diantaranya sebagai berikut ini :
berikut ini manfaat membaca buku bagi anak sejak dini diantaranya sebagai berikut ini :
·
anak yang gemar membaca tentu akan mendapatkan
informasi atau pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan anak yang
jarang membaca
·
anak dapat memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan
yamg lebih bermanfaat dengan semakin banyaknya informasi yang diterima dapat
menambah wawasan berpikir anak tersebut
·
anak yang gemar membaca khususnya membaca buku buku
pelajaran tentu saja dapat meningkatkan prestasi belajar anak tersebut
·
anak yang gemar membaca buku khususnya buku buku
cerita yang banyak mengandung pesan moral dapat membentuk prilaku anak tersebut
menjadi lebih baik dikehidupan sehari hari
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini
adalah 15 anak didik TK Daarul ‘Ilmi kelompok B2, dua orang pendidik , dan
pimpinan Taman Kanak-kanak Daarul ‘Ilmi Sleman.
B.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode interpretatif yaitu menginterpretasikan data mengenai
fenomena/ gejala yang diteliti di lapangan. Pendekatan
interpretatif memandang penelitian ilmiah tidaklah cukup untuk dapat
menjelaskan 'misteri' pengalaman manusia sehingga diperlukan unsur manusiawi
yang kuat dalam penelitian. Kebanyakan mereka yang berada dalam kelompok ini
lebih tertarik pada kasus-kasus individu dari pada kasus-kasus umum (Morissan,
2009).
C.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
1.
Observasi, yaitu
untuk melihat fenomena yang unik/ menarik untuk dijadikan fokus penelitian
2.
Wawancara, yaitu
untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian
3.
Dokumentasi,
yaitu mengumpulkan bukti- bukti dan penjelasan yang lebih luas mengenai fokus
penelitian.
BAB IV
ANALISIS DATA
A.
Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil
penelitian dibuat tabulasi sebagai berikut:
Observasi
|
Wawancara dengan
Guru
|
Wawancara dengan
Pimpinan TK
|
Dokumentasi
|
Anak diminta mencari kata yang sudah
dikenal anak dari buku cerita kemudian menuliskannya di buku tulis
-Anak mengeja huruf kemudian
membacanya sendiri
-Beberapa anak terlihat bingung karena
belum bisa mengeja huruf dan hanya meniru huruf ditulis di buku
-Anak yang lain menulis kata sebanyak
yang anak inginkan
-Setelah selesai anak mengumpulkan
tulisannya di meja guru tanpa di suruh membacanya
-ada anak yang
bingung dengan huruf ‘a’
dalam buku cerita karena biasanya guru mengenalkan huruf ‘a’ seperti ini.
|
-Agar anak berlatih membaca sekaligus
menulis
-Ya, sebagai persiapan mereka masuk
Sekolah Dasar kami memberikan waktu khusus untuk belajar membaca, tentunya
setelah waktu KBM usai
-Meskipun tidak dapat 100% anak bisa
membaca, yang jelas banyak anak kelompok B2 sudah bisa membaca meski belum
lancar.
|
-oh.. tentu saja,
melihat pelajaran SD sekarang yang seperti itu Kami berusaha memberi bekal
anak untuk membaca dan menulis
-ya,
Kami memberi tambahan waktu untuk pelajaran membaca
|
-dalam dokumen disebutkan misi TK
salah satunya adalah melaksanakan pembelajaran secara efektif
dengan pendekatan variatif, aktif dan positif, sehingga potensi peserta didik
berkembang secara optimal.
|
-Guru
menggunakan buku cerita bergambar dalam kegiatan mencari dan mencari kata
yang sudah dikenal anak
-
Buku cerita bergambar dengan kertas tebal ukuran sekitar 15 x 15cm
-Huruf dicetak besar dengan tipe huruf
seperti “Comic Sans MS”
|
-untuk kegiatan
mencari kata yang dikenal dari buku seperti ini memang baru sekali ini
- seperti yang
tadi dilihat, anak- anak di kelompok yang langsung memilih untuk kegiatan ini
sampai tempatnya tidak cukup
|
|
Dalam RKH tertulis alat peraga berupa
buku cerita
|
-Pendidik menyiapkan buku cerita.
Anak- anak diminta menyiapkan alat tulis.
-Pendidik meminta anak mencoba membaca
kata yang ada di buku cerita. -Apabila anak bisa selanjutnya diminta
menuliskannya pada buku tulis.
- Guru tidak memberi
batasan jumlah kata yang harus di tulis anak
|
oh iya tadi saya lupa memberi batasan
yang harus ditulis, terus terang saya tidak bisa konsentrasi karena tadi saya
ditelpon untuk membawa anak saya yang baru sakit ke rumah sakit.
|
|
Dalam RKH tertulis metode yang
digunakan adalah penugasan
|
-Kelas dibagi menjadi 3 kelompok
menggunakan meja berbentuk kotak dan kursi yang mengelilinginya.
-Setiap kelompok terdiri dari 5 anak
dan mengerjakan tugas yang berbeda.
-Setelah selesai satu tugas, anak
boleh memilih tugas yang lain yang diminatinya terlebih dahulu dan pindah ke
meja yang lain.
-Di kelompok menulis terlihat banyak
anak. Bahkan ada yang memilih menulis di lantai beralas karpet karena tempat
menulis sudah tidak cukup . hal ini terjadi karena guru tidak memberi batasan
yang jelas berapa kata yang harus ditulis sehingga banyak anak belum selesai
dan tidak pindah ke tempat yang lain sedangkan anak dari kelompok lain sudah
selesai.
|
|
Model pembelajaran sudut meskipun pada
pelaksanaannya masih secara kelompok
|
Dalam RKH tidak menuliskan sudut-
sudut kegiatan
|
B.
Analisis Kritis
Menurut Tom
dan Harriet Sobol menyebutkan bahwa anak yang sudah memiliki kesiapan membaca
di TK akan lebih percaya diri dan penuh kegembiraan. Oleh karena itu,
berdasarkan pendapat tersebut, kemampuan membaca dan menulis sudah dapat
dikembangkan di TK. Seperti yang dikemukakan oleh Moleong, salah satu aspek
yang harus dikembangkan pada anak- anak TK adalah kemampuan membaca dan
menulis.
Di TK Daarul
‘Ilmi telah melaksanakan kegiatan pengembangan bahasa yaitu membaca dan menulis
seperti yang diutarakan oleh pimpinan TK. Bahkan untuk memberi bekal anak memasuki
jenjang SD, di TK Daarul ‘Ilmi memberikan tambahan jam untuk kegiatan membaca.
Pendidik mengaku bahwa setelah diadakannya tambahan waktu untuk membaca
terbukti sebagian besar siswa kelompok B2 sudah dapat membaca meskipun belum
lancar.
Hal tersebut
memang tidak bertentangan dengan pendapat para ahli di atas. Melihat kenyataan
sekarang apabila anak belum bisa membaca dan menulis pada saat masuk SD tentu
saja anak pasti kesulitan mengikuti pelajaran di SD. Kegiatan pengembangan
kemampuan membaca dan menulis di TK dapat dilaksanakan selama masih dalam
batas- batas aturan praskolastik dan sesuai dengan karakteristik anak. Tidak
memaksakan anak dan melalui bermain
dengan menggunakan metode mengajar yang tepat.
Metode yang digunakan
dalam pengembangan bahasa melalui kegiatan mencari dan menuliskan kata yang
sudah dikenal anak dari buku cerita bergambar adalah dengan penugasan.
Menggunakan buku cerita bergambar lebih efektif diajarkan untuk mengembangkan
keterampilan berbahasa . Menggunakan buku- buku berkualitas yang ditulis untuk
dan tentang anak.
Program pengembangan
berbahasa juga dapat dilakukan terintegrasi. Maksudnya keterampilan berbahasa dapat
dihubungkan, diajarkan secara bersamaan. Mendengarkan, membaca, dan menulis
dapat dikembangkan bersama secara alami. Kegiatan mencari kata dan menulis kata
yang sudah dikenal bertujuan agar anak dapat belajar membaca sekaligus menulis
dalam waktu yang sama. Cara ini terbukti efektif seperti yang dikemukakan
Bromley. Program pengembangan yang efektif mempunyai ciri diantaranya adalah
terintegrasi dan menggunakan buku- buku.
Kompetensi dasar
kemampuan bahasa anak taman kanak-kanak dalam kurikulum berbasis kompetensi
2004 untuk kelompok B (5- 6 Tahun)
adalah anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki
perbendaharaan kata dan mengenal simbol- simbol yang melambangkannya untuk
persiapan membaca dan menulis. Hasil belajar yang dicapai salah satunya adalah
memahami bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dengan tulisan (pra membaca). Indikatornya
antara lain adalah membaca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat
sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjuk beberapa kata yang
dikenalnya.
Kegiatan yang sudah
disusun dalam RKH yang salah satunya adalah kegiatan mencari dan menuliskan
kata yang sudah dikenal anak dari buku cerita bergambar, sudah sesuai dengan
pengembangan kemampuan bahasa anak taman kanak-kanak yang disebutkan dalam
kurikulum berbasis kompetensi 2004 untuk
kelompok B.
Kegiatan mencari kata dan menuliskan kata yang sudah
dikenal dari buku cerita bergambar dilakukan anak melalui mengeja per huruf dan
kemudian membaca bunyi katanya. Batasan yang
diberikan Feldman tentang tahapan kemampuan menulis pada anak yang salah
satunya adalah Invented Spelling,
yaitu belajar mengeja. Dalam tahapan ini anak mulai menemukan cara mengeja dan
menulis huruf sesuai bunyinya.
Kesulitan yang dihadapi anak salah satunya adalah
penggunaan huruf ‘a’
dalam buku cerita karena biasanya guru mengenalkan huruf ‘a’ seperti ini. Hal
ini mengakibatkan anak tidak tahu huruf apa. Setelah bertanya kepada guru
barulah anak tersebut mengerti. Pemilihan buku cerita untuk anak tidak hanya
sekedar buku- buku untuk dan tentang anak, tetapi juga harus memperhatikan
jenis huruf, besar huruf, jenis kertas, juga tentunya gambar- gambar yang
sesuai untuk anak dan harus menarik dari segi warnanya.
Hal ini penting mengingat anak masih
pada tahap belajar membaca. Apabila buku untuk anak menggunakan jenis huruf
yang meliuk- liuk seperti jenis huruf yang dipakai pada undangan pernikahan
(misal tipe huruf Vivaldi)
tentu anak kesulitan membaca. Begitu pula apa bila tulisan dalam buku terlalu
kecil, anak pasti kesulitan mengeja per hurufnya.
Pelaksanaan
kegiatan mencari kata dan menuliskan kata yang sudah dikenal dari buku cerita
bergambar yang dilakukan guru masih perlu perbaikan. Guru
tidak memberi batasan jumlah kata yang harus di tulis anak, mengakibatkan anak yang
senang menulis jadi tidak mau buru- buru pindah melaksanakaan kegiatan lainnya.
Kegiatan ini sangat menarik bagi
anak karena belum pernah dilaksanakan sebelumnya. Sehingga banyak anak yang
tidak kebagian tempat duduk. Bahkan ada yang memilih menulis di
lantai beralas karpet karena tempat menulis sudah tidak cukup.
Begitu juga
untuk anak yang belum bisa mengeja, terkesan guru hanya membiarkan saja. Guru
tidak membimbing anak agar mampu mengeja kata dengan benar. Terbukti ada anak
yang lama menulis karena satu halaman buku ditulisnya semua padahal dia belum
bisa membaca. Setelah selesai kegiatan anak- anak hanya disuruh untuk
mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja guru tanpa mengajak anak untuk membaca
apa yang sudah ditulis anak.
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan mencari
dan menuliskan kata yang sudah dikenal anak dari buku cerita bergambar adalah
kegiatan yang menarik dan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
Meskipun dalam kenyataannya di TK Daarul “Ilmi masih perlu perbaikan. Guru
harus lebih memperhatikan dan membimbing anak yang kesulitan dalam mengeja dan
membaca buku cerita.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Kegiatan
pengembangan kemampuan membaca dan menulis sudah dapat dikembangkan di TK selama masih
dalam batas- batas aturan praskolastik dan sesuai dengan karakteristik anak.
2.
Pengembangan
bahasa melalui kegiatan mencari dan menuliskan kata yang sudah dikenal anak
dari buku cerita bergambar yang dilaksanakan di TK Daarul ‘Ilmi kelompok B2,
pada dasarnya sudah sesuai dengan kompetensi dasar kemampuan bahasa anak Taman
Kanak-kanak dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 untuk kelompok B (5- 6 Tahun).
3.
Kegiatan yang
dilakukan sudah sesuai dengan RKH yang dibuat. Metode yang digunakanpun
menggunakan buku dan terintegrasi yang sudah terbukti efektif untuk
pengembangan bahasa.
4.
Tahapan kemampuan menulis pada anak dikembangkan adalah
Invented Spelling, yaitu belajar
mengeja.
5.
Pada pelaksanaannya masih perlu beberapa perbaikan,
terutama dalam kejalasan tugas yang harus diselesaikan anak.
6.
Pengelolaan kelas masih terlihat kacau karena banyak
anak yang tidak dapat tempat duduk sehingga harus menggelar karpet di bawah.
7.
Dalam pemilihan buku cerita masih kurang tepat bagi
anak, terutama dalam hal jenis hurufnya yang membingungkan anak.
8.
Kurangnya bimbingan guru dalam kegiatan, yang terkesan
membiarkan anak didiknya mengerjakan tugas sebisanya.
B.
Saran
1.
Dalam penjelasan
awal, hendaknya guru memberikan kejelasan tugas yang harus di selesaikan anak
2.
Hendaknya guru
mengarahkan anak untuk mengerjakan kegiatan yang lain, pada saat kegiatan
menulis sudah tidak ada tempat lagi.
3.
Dalam memilih
buku cerita anak masih harus lebih selektif lagi, yang benar- benar sesuai
untuk anak yang masih pada tahapan belajar membaca.
4.
Guru hendaknya
lebih memperhatikan dan membimbing anak yang kesulitan dalam menyelasaikan
tugas.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, Z. (1982). Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Bromley,
K.D (1992). Language Art : Exploring
Connection (2nd ed). Boston : Allyn and Bacon.
Dhieni, Nurbiana dkk. (2009). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Feldman, J.R. (1991). A survival Guide For The Preschool Teacher. New York: The Centre
For Applied Research In Education.
http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/14/manfaat-membaca-buku-bagi-anak-sejak-dini-610483.html (diunduh
tanggal 28 Mei 2015)
https://riniraihan.wordpress.com/2012/04/18/pengembangan-membaca-anak-usia-dini-dengan-media-flash-card/ (diunduh tanggal 28 Mei 2015
Poerwadarminta,
W. J. S. (1982). Kamus Umum Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Setiawan,
Denny. (2014). Analisis Kegiatan
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.