Senin, 03 Agustus 2015

PENGEMBANGAN BAHASA MELALUI KEGIATAN MENCARI DAN MENULISKAN KATA YANG SUDAH DIKENAL ANAK DARI BUKU CERITA BERGAMBAR



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penelitian
Anak adalah amanat bagi orang tua dan asset bangsa yang menentukan masa depan bangsa itu. Orang bijak mengatakan untuk melihat masa depan suatu bangsa adalah dengan melihat keadaan anak dan pemudanya. Oleh sebab itu kita berkewajiban memberi hak- haknya sedini mungkin. Salah satunya adalah memberikan yang tepat sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya dan mampu meningkatkan potensi yang dimilikinya.
Pendidikan Taman Kanak- kanak merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memberikan pelayanan pendidikan untuk usia 4 sampai 6 tahun. Sedang tugas utama seorang pendidik TK adalah memeberikan stimulasi dan rangsangan bagi anak untuk mengoptimalkan fungsi organ- organ dalam tubuh yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sikap dan perilakunya di masa mendatang.
Taman Kanak-kanak Daarul ‘ilmi merupakan salah satu TK yang berada di Jln. Magelang Km.11 Murten, Kelurahan Tridadi, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, DIY. Sebelum berdirinya PAUD, Taman Kanak-kanak sudah beroperasional sejak tahun 1986 yang kemudian berkembang dengan berdirinya Kelompok Bermain dan TPA.
Taman Kanak-kanak Daarul ‘Ilmi pada mulanya bernama TKIC  GUPPI (Taman Kanak-kanak Islamic Centre Gerakan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam).  TK ini didirikan oleh beberapa pendiri yaitu bapak KH. M. Fatwa Ma’ruf, bapak Drs Raden Suprapto dan bapak Tujiono (Alm). Berawal dari bentuk keprihatinan beliau akan pendidikan anak usia dini pada waktu itu, maka didirikanlah Taman Kanak-kanak yang bernama bernama TK GUPPI. Pada awalnya  kegiatan pembelajaran berada di rumah Ibu Sulastri. Selama waktu berjalan, TK tersebut bergabung dengan Yayasan Daarul ‘Ilmi dan kemudian diberi nama TK Daarul ‘Ilmi. TK Daarul ‘Ilmi sekarang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal PAUD Daarul ‘Ilmi dibawah perlindungan Yayasan Daarul ‘Ilmi Sembada
TK Daarul ‘Ilmi mempunyai visi dan misi sebagai berikut:
VISI :Terwujudnya Taman Kanak-kanak yang berkualitas, dapat mengembangkan potensi peserta didik yang taqwa, cerdas, trampil dan berakhlakul karimah.”
MISI :
1.    Melaksanakan pembelajaran secara efektif dengan pendekatan variatif, aktif dan positif, sehingga potensi peserta didik berkembang secara optimal.
2.    Mengembangkan pola pikir,dzikir dan amal.
3.    Menanamkan cinta ALLAH dan Rosul sejak dini.
Program S1 PG-PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusannya menjadi tenaga pendidik PAUD Profesional yaitu yang dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasi. Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa adalah Analisis Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Dalam rangka memenuhi tugas dalam mata kuliah tersebut maka telah dilakukan penelitian di TK Daarul ‘Ilmi pada tanggal 26 Mei 2015 yang bertujuan mengumpulkan data mengenai kegiatan- kegiatan anak yang dianggap perlu diteliti lebih lanjut untuk selanjutnya dianalisis kritis.
Anak- anak yang telah diajar membaca sebelum masuk SD pada umumnya lebih maju di sekolah dari anak- anak yang belum pernah memperolah membaca dini. Tidak ada efek negatif mengajarkan membaca dini pada anak. Pemahaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengembangan bahasa dalam hal membaca.


B.     Fokus Penelitian
Setelah diadakan observasi di TK Daarul ‘Ilmi, maka penelitian ini terfokus pada salah satu kegiatan anak yaitu kegiatan “pengembangan bahasa melalui kegiatan mencari dan menuliskan kata yang sudah dikenal anak dari buku cerita bergambar”.

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1.      Mengumpulkan data mengenai:
a.       Alasan pendidik melakukan kegiatan “pengembangan bahasa melalui kegiatan mencari dan menuliskan kata yang sudah dikenal anak dari buku cerita bergambar”;
b.      Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut ;
c.       Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut;
2.      Membuat  analisis kritis  (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk
1.      Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di TK Daarul ‘Ilmi
2.      Melatih mahasiswa melakukan Penelitian Kelas
3.      Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD



BAB II
LANDASAN TEORI
  1. Pengertian Bahasa
Bromley (1992) mendefinisikan bahasa  sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol- simbol visual maupun verbal. Individu dapat memanipulasi simbol- simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Badudu (1989) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu- individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya.
Jadi bahasa adalah suatu modifikasi komunikasi yang meliputi sistem simbol khusus yang dipahami dan digunakan sekelompok individu untuk mengkomunikasikan berbagai ide dan informasi.
  1. Peranan Membaca dan Menulis
Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan menerjemahkan simbol-simbol ke dalam bunyi-bunyi dan memahami maknanya. Farris (Rouf, 2009) mendefinisikan membaca sebagai pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemahaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan.
Syafi’i (Rouf, 2009) menyatakan bahwa “membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses mekanis, berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual, sedangkan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi”. Tarigan (1991:7) menjelaskan bahwa “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media bahasa tulis”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Rouf, 2009) membaca didefinisikan sebagai melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam hati. Secara linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses menerjemahkan sandi atau simbol-simbol yang tertulis terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, dan menerapkan pola berfikir dan bernalar mengolah teks bacaan secara kritis dan kreatif untuk mendapatkan pesan baik secara tersirat maupun tersurat.
Durkin (1966;1966a) telah mengadakan penelitian tentang pengaruh membaca dini pada anak- anak. Dia menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada anak- anak dari membaca dini. Anak- anak yang telah diajar membaca sebelum masuk SD pada umumnya lebih maju di sekolah dari anak- anak yang belum pernah memperolah membaca dini.
Steinberg telah berhasil dalam eksperimennya tentang mengajar membaca dini untuk anak- anak berusia antara 1-4 tahun. Dia juga menemukan bahwa anak-anak yang telah mendapat pelajaran membaca dini pada umumnya lebih maju di sekolah. Steinberg (1982:214-215) mengemukakan bahwa setidaknya ada empat keuntungan mengajar anak membaca dini dilihat dari segi proses belajar- mengajar.
1.      Belajar membaca dini memenuhi rasa ingin tahu anak
2.      Situasi akrab dan informal di rumah, KB, dan TK merupakan faktor yang kondusif bagi anak untuk belajar
3.      Anak- anak yang berusia dini pada umumnya perasa dan mudah terkesan serta dapat diatur
4.      Anak- anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat
Menurut Poewadarminto (1982), menulis memiliki batasan sebagai berikut : (1) Membuat huruf, angka, dan lainnya dengan pena, kapur dan sebagianya; (2) Mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan lainnya dengan tulisan. Senada dengan pernyataan tersebut Badudu (1982) mengemukakan bahwa menulis adalah menggunakan pena, potlot, ball point di atas kertas, kain ataupun papan yang menghasilkan huruf, kata, maupun kalimat. Dengan demikian menulis bukanlah sekedar membuat huruf- huruf ataupun angka pada selembar kertas dengan menggunakan berbagai alternatif media, melainkan merupakan upaya untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ada pada diri individu.
Feldman (1991) memberikan batasan tentang tahapan kemampuan menulis pada anak sebagi berikut:
1.      Scribble on the page, yaitu membuat goresan pada kertas. Dalam tahapan ini anak membuat gambar ataupun huruf- huruf yang terpisah.
2.      Copy word, yaitu mencontoh huruf. Anak mulai tertarik untuk mencontoh huruf- huruf seperti dalam kata mama, papa, dan sebagainya.
3.      Invented Spelling, yaitu belajar mengeja. Dalam tahapan ini anak mulai menemukan cara mengeja dan menulis huruf sesuai bunyinya.
Leonhardt (1999: 14) membaca sangat penting bagi anak. Anak- anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan- gagasan rumit secara lebih baik. Kegemaran membaca harus dikembangkan sejak dini. Sejalan dengan pendapat ini Montessori dan Hainstock mengemukakan bahwa pada usia 4-5 tahun anak sudah bisa diajarkan membaca dan menulis. Bahkan membaca dan menulis merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak usia dini. Hal ini diperkuat lagi oleh Tom dan Harriet Sobol bahwa anak yang sudah memiliki kesiapan membaca di TK akan lebih percaya diri dan penuh kegembiraan (2003: 26). Oleh karena itu, berdasarkan pendapat di atas, kemampuan membaca dan menulis sudah dapat dikembangkan di TK. Seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2003:25) salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak- anak TK adalah kemampuan membaca dan menulis.
Hal ini mengingat potensi dasar yang harus dimilik setiap anak sebagaimana tertuang dalam Undang- undang nomor 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional, yakni “ Sistem Pendidikan Nasional” harus dapat memberikan pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik Indonesia agar masing- masing memperoleh sekurang- kurangnya pengetahuan membaca, menulis, dan berhitung serta mempergunakan Bahasa Indonesia yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk berbangsa dan bernegara.
Jadi, pengembangan kemampuan membaca dan menulis di TK dapat dilaksanakan selama masih dalam batas- batas aturan praskolastik dan sesuai dengan karakteristik anak
C.    Kemampuan Bahasa Anak Taman Kanak-Kanak Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004  Untuk Kelompok B (5- 6 Tahun)
1.      Kompetensi Dasar
Anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol- simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.
2.      Hasil belajar
a)      Dapat mendengarkan dan membedakan bunyi suara, bunyi bahasa dan mengucapkannya dengan lafal yang benar
Indikator :
1)      Membedakan dan menirukan kembali bunyi/ suara tertentu
2)      Menirukan kembali 4-5 urutan kata
3)      Membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama (misal: kaki-kali) dan suku kata akhir yang sama (misal: nama-sama) dan lain-lain
b)      Dapat mendengarkan dan memahami kata dan kalimat sederhana serta mengkomunikasikannya
Indikator :
1)      Melakukan 3-5 perintah secara berurutan dengan benar
2)      Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara urut
c)      Dapat berkomunikasi/ berbicara lancar secara lisan dengan lafal yang benar
Indikator :
1)      Menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin, alamat rumah dengan lengkap
2)      Menceritakan pengalaman/ kejadian secara sederhana dengan urut
d)     Memiliki perbendaharaan kata yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari
1)      Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya, kamu, dia, mereka
2)      Menunjuk dan menyebutkan gerakan- gerakan misalnya: duduk, jongkok, berlari, makan, dan lain- lain
3)      Menunjuk dan memberikan keterangan yang berhubungan dengan posisi/ keterangan tempat
4)      Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan/ tulisan yang sudah berbentuk huruf/ kata
5)      Mengelompokkan kata-kata yang sejenis
6)      Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri dengan urut dan bahasa yang jelas
7)      Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4-6 gambar)
e)      Memahami bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dengan tulisan (pra membaca)
Indikator:
1)      Membaca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjuk beberapa kata yang dikenalnya
2)      Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya

D.    Rancangan Kegiatan Pengembangan Membaca
Fenomena yang terjadi sekarang banyak SD yang mengajukan persyaratan atau tes masuk dengan menggunakan konsep akademik terutama tes “membaca dan menulis”. Hal ini apabila tidak ditindak lanjuti dengan benar akan menyebabkan pergeseran tanggung jawab pengembangan kemampuan skolastik (akademik) dari SD ke Taman Kanak-kanak. Akibatnya Taman Kanak-kanak tidak lagi menjadi tempat bermain, bersosialisasi, dan mendapatkan tempat yang banyak melainkan beralih fungsi menjadi sekolah Taman Kanak- kanak dalam rangka menyekolahkan anak- anak secara dini dan instan.
Pengembangan kemampuan membaca di Taman Kanak- kanak bisa dilakukan dengan pendekatan pengalaman berbahasa berdasarkan konsep DAP (Developmentally Aproppriate Practice). Pendekatan ini disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran di TK yaitu melalui bermain dengan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk mengembangkan kemampuan membaca serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat memberikan berbagai pengalaman bagi anak.
Bromley (dalam Nurbiana Dhieni, 2009: 5.27) menyatakan bahwa kita bisa mempercepat/ mendorong pertumbuhan bahasa pada anak dengan menyediakan kesempatan untuk menggunakan bahasa dan meningkatkan interaksi mereka dengan seksama dan keterlibatan mereka antara lain dengan mengaitkan hal yang dekat dengan mereka. Program seni berbahasa yang efektif mempunyai beberapa ciri antara lain:
1.      Integrasi
Keterampilan berbahasa dapat dihubungkan, diajarkan secara bersamaan. Mendengarkan, membaca, dan menulis dapat dikembangkan bersama secara alami.
2.      Buku- buku
Keterampilan berbahasa akan diajarkan lebih efektif jika buku- bukunya berkualitas yang ditulis untuk dan tentang anak.
3.      Interaksi dan keterlibatan
Anak belajar bahasa paling baik apabila mereka terlibat secara aktif menggunakan dan memanipulasi bahasa dalam situasi nyata dan bermakna.
4.      Instruksi
Instruksi yang efektif meliputi bimbingan yang hati- hati dan penunjukkan model yang tepat. Guru harus mengetahui apa yang mereka nilai dan harapkan dari anak. Guru harus menunjukkan kepada anak bagaimana belajar, dan juga harus memfasilitasi belajar untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan.

E.     Manfaat Membaca Buku Bagi Anak
Membaca sangat erat kaitanya dengan kegiatan tulis menulis, pada tahap perkembangan awal manusia menulis untuk menumpahkan ide atau gagasan, memberikan informasi seputar kehidupannya, memberikan kabar berita dll. Sebelum ditemukannya kertas orang orang pada zaman dahulu biasa menulis di atas kulit hewan, diatas daun atau kulit pohon yang dikeringkan dll. Dengan membaca kita dapat mendapatkan informasi atau mengetahui isi dari tulisan tersebut.
Banyak sekali manfaat atau keuntungan yang dapat kita raih dengan membaca buku terutama sekali bagi anda yang memiliki anak biasakanlah sejak dini untuk gemar membaca buku tentu saja buku buku yang bermanfaat bagi anak anda seperti buku pelajaran, buku cerita atau dongeng yang banyak mengandung pesan moral, buku sejarah dll. Isi kegiatan sehari hari anak anda dengan banyak membaca buku
berikut ini manfaat membaca buku bagi anak sejak dini diantaranya sebagai berikut ini :
·         anak yang gemar membaca tentu akan mendapatkan informasi atau pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan anak yang jarang membaca
·         anak dapat memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan yamg lebih bermanfaat dengan semakin banyaknya informasi yang diterima dapat menambah wawasan berpikir anak tersebut
·         anak yang gemar membaca khususnya membaca buku buku pelajaran tentu saja dapat meningkatkan prestasi belajar anak tersebut
·         anak yang gemar membaca buku khususnya buku buku cerita yang banyak mengandung pesan moral dapat membentuk prilaku anak tersebut menjadi lebih baik dikehidupan sehari hari



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah 15 anak didik TK Daarul ‘Ilmi kelompok B2, dua orang pendidik , dan pimpinan Taman Kanak-kanak Daarul ‘Ilmi Sleman.

B.     Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode interpretatif yaitu menginterpretasikan data mengenai fenomena/ gejala yang diteliti di lapangan. Pendekatan interpretatif memandang penelitian ilmiah tidaklah cukup untuk dapat menjelaskan 'misteri' pengalaman manusia sehingga diperlukan unsur manusiawi yang kuat dalam penelitian. Kebanyakan mereka yang berada dalam kelompok ini lebih tertarik pada kasus-kasus individu dari pada kasus-kasus umum (Morissan, 2009).

C.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Observasi, yaitu untuk melihat fenomena yang unik/ menarik untuk dijadikan fokus penelitian
2.      Wawancara, yaitu untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian
3.      Dokumentasi, yaitu mengumpulkan bukti- bukti dan penjelasan yang lebih luas mengenai fokus penelitian.

BAB IV
ANALISIS DATA
A.    Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil penelitian dibuat tabulasi sebagai berikut:
Observasi
Wawancara dengan Guru
Wawancara dengan Pimpinan TK
Dokumentasi
Anak diminta mencari kata yang sudah dikenal anak dari buku cerita kemudian menuliskannya di buku tulis
-Anak mengeja huruf kemudian membacanya sendiri
-Beberapa anak terlihat bingung karena belum bisa mengeja huruf dan hanya meniru huruf ditulis di buku
-Anak yang lain menulis kata sebanyak yang anak inginkan
-Setelah selesai anak mengumpulkan tulisannya di meja guru tanpa di suruh membacanya
-ada anak yang bingung dengan huruf ‘a’ dalam buku cerita karena biasanya guru mengenalkan huruf ‘a’ seperti ini.
-Agar anak berlatih membaca sekaligus menulis
-Ya, sebagai persiapan mereka masuk Sekolah Dasar kami memberikan waktu khusus untuk belajar membaca, tentunya setelah waktu KBM usai
-Meskipun tidak dapat 100% anak bisa membaca, yang jelas banyak anak kelompok B2 sudah bisa membaca meski belum lancar.

-oh.. tentu saja, melihat pelajaran SD sekarang yang seperti itu Kami berusaha memberi bekal anak untuk membaca dan menulis
-ya, Kami memberi tambahan waktu untuk pelajaran membaca
-dalam dokumen disebutkan misi TK salah satunya adalah melaksanakan pembelajaran secara efektif dengan pendekatan variatif, aktif dan positif, sehingga potensi peserta didik berkembang secara optimal.

-Guru menggunakan buku cerita bergambar dalam kegiatan mencari dan mencari kata yang sudah dikenal anak
- Buku cerita bergambar dengan kertas tebal ukuran sekitar 15 x 15cm
-Huruf dicetak besar dengan tipe huruf seperti “Comic Sans MS
-untuk kegiatan mencari kata yang dikenal dari buku seperti ini memang baru sekali ini
- seperti yang tadi dilihat, anak- anak di kelompok yang langsung memilih untuk kegiatan ini sampai tempatnya tidak cukup

Dalam RKH tertulis alat peraga berupa buku cerita
-Pendidik menyiapkan buku cerita. Anak- anak diminta menyiapkan alat tulis.
-Pendidik meminta anak mencoba membaca kata yang ada di buku cerita. -Apabila anak bisa selanjutnya diminta menuliskannya pada buku tulis.
- Guru tidak memberi batasan jumlah kata yang harus di tulis anak
oh iya tadi saya lupa memberi batasan yang harus ditulis, terus terang saya tidak bisa konsentrasi karena tadi saya ditelpon untuk membawa anak saya yang baru sakit ke rumah sakit.


Dalam RKH tertulis metode yang digunakan adalah penugasan
-Kelas dibagi menjadi 3 kelompok menggunakan meja berbentuk kotak dan kursi yang mengelilinginya.
-Setiap kelompok terdiri dari 5 anak dan mengerjakan tugas yang berbeda.
-Setelah selesai satu tugas, anak boleh memilih tugas yang lain yang diminatinya terlebih dahulu dan pindah ke meja yang lain.
-Di kelompok menulis terlihat banyak anak. Bahkan ada yang memilih menulis di lantai beralas karpet karena tempat menulis sudah tidak cukup . hal ini terjadi karena guru tidak memberi batasan yang jelas berapa kata yang harus ditulis sehingga banyak anak belum selesai dan tidak pindah ke tempat yang lain sedangkan anak dari kelompok lain sudah selesai.


Model pembelajaran sudut meskipun pada pelaksanaannya masih secara kelompok

Dalam RKH tidak menuliskan sudut- sudut kegiatan

B.     Analisis Kritis
Menurut Tom dan Harriet Sobol menyebutkan bahwa anak yang sudah memiliki kesiapan membaca di TK akan lebih percaya diri dan penuh kegembiraan. Oleh karena itu, berdasarkan pendapat tersebut, kemampuan membaca dan menulis sudah dapat dikembangkan di TK. Seperti yang dikemukakan oleh Moleong, salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak- anak TK adalah kemampuan membaca dan menulis.
Di TK Daarul ‘Ilmi telah melaksanakan kegiatan pengembangan bahasa yaitu membaca dan menulis seperti yang diutarakan oleh pimpinan TK.  Bahkan untuk memberi bekal anak memasuki jenjang SD, di TK Daarul ‘Ilmi memberikan tambahan jam untuk kegiatan membaca. Pendidik mengaku bahwa setelah diadakannya tambahan waktu untuk membaca terbukti sebagian besar siswa kelompok B2 sudah dapat membaca meskipun belum lancar.
Hal tersebut memang tidak bertentangan dengan pendapat para ahli di atas. Melihat kenyataan sekarang apabila anak belum bisa membaca dan menulis pada saat masuk SD tentu saja anak pasti kesulitan mengikuti pelajaran di SD. Kegiatan pengembangan kemampuan membaca dan menulis di TK dapat dilaksanakan selama masih dalam batas- batas aturan praskolastik dan sesuai dengan karakteristik anak. Tidak memaksakan anak dan melalui bermain dengan menggunakan metode mengajar yang tepat.
Metode yang digunakan dalam pengembangan bahasa melalui kegiatan mencari dan menuliskan kata yang sudah dikenal anak dari buku cerita bergambar adalah dengan penugasan. Menggunakan buku cerita bergambar lebih efektif diajarkan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa . Menggunakan buku- buku berkualitas yang ditulis untuk dan tentang anak.
Program pengembangan berbahasa juga dapat dilakukan terintegrasi.  Maksudnya keterampilan berbahasa dapat dihubungkan, diajarkan secara bersamaan. Mendengarkan, membaca, dan menulis dapat dikembangkan bersama secara alami. Kegiatan mencari kata dan menulis kata yang sudah dikenal bertujuan agar anak dapat belajar membaca sekaligus menulis dalam waktu yang sama. Cara ini terbukti efektif seperti yang dikemukakan Bromley. Program pengembangan yang efektif mempunyai ciri diantaranya adalah terintegrasi dan menggunakan buku- buku.
Kompetensi dasar kemampuan bahasa anak taman kanak-kanak dalam kurikulum berbasis kompetensi 2004  untuk kelompok B (5- 6 Tahun) adalah anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol- simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis. Hasil belajar yang dicapai salah satunya adalah memahami bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dengan tulisan (pra membaca). Indikatornya antara lain adalah membaca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjuk beberapa kata yang dikenalnya.
Kegiatan yang sudah disusun dalam RKH yang salah satunya adalah kegiatan mencari dan menuliskan kata yang sudah dikenal anak dari buku cerita bergambar, sudah sesuai dengan pengembangan kemampuan bahasa anak taman kanak-kanak yang disebutkan dalam kurikulum berbasis kompetensi 2004  untuk kelompok B.
Kegiatan mencari kata dan menuliskan kata yang sudah dikenal dari buku cerita bergambar dilakukan anak melalui mengeja per huruf dan kemudian membaca bunyi katanya.  Batasan yang diberikan Feldman tentang tahapan kemampuan menulis pada anak yang salah satunya adalah Invented Spelling, yaitu belajar mengeja. Dalam tahapan ini anak mulai menemukan cara mengeja dan menulis huruf sesuai bunyinya.
Kesulitan yang dihadapi anak salah satunya adalah penggunaan huruf a’ dalam buku cerita karena biasanya guru mengenalkan huruf ‘a’ seperti ini. Hal ini mengakibatkan anak tidak tahu huruf apa. Setelah bertanya kepada guru barulah anak tersebut mengerti. Pemilihan buku cerita untuk anak tidak hanya sekedar buku- buku untuk dan tentang anak, tetapi juga harus memperhatikan jenis huruf, besar huruf, jenis kertas, juga tentunya gambar- gambar yang sesuai untuk anak dan harus menarik dari segi warnanya.
Hal ini penting mengingat anak masih pada tahap belajar membaca. Apabila buku untuk anak menggunakan jenis huruf yang meliuk- liuk seperti jenis huruf yang dipakai pada undangan pernikahan (misal tipe huruf Vivaldi) tentu anak kesulitan membaca. Begitu pula apa bila tulisan dalam buku terlalu kecil, anak pasti kesulitan mengeja per hurufnya.
Pelaksanaan kegiatan mencari kata dan menuliskan kata yang sudah dikenal dari buku cerita bergambar yang dilakukan guru masih perlu perbaikan. Guru tidak memberi batasan jumlah kata yang harus di tulis anak, mengakibatkan anak yang senang menulis jadi tidak mau buru- buru pindah melaksanakaan kegiatan lainnya.  Kegiatan ini sangat menarik bagi anak karena belum pernah dilaksanakan sebelumnya. Sehingga banyak anak yang tidak kebagian tempat duduk. Bahkan ada yang memilih menulis di lantai beralas karpet karena tempat menulis sudah tidak cukup.
Begitu juga untuk anak yang belum bisa mengeja, terkesan guru hanya membiarkan saja. Guru tidak membimbing anak agar mampu mengeja kata dengan benar. Terbukti ada anak yang lama menulis karena satu halaman buku ditulisnya semua padahal dia belum bisa membaca. Setelah selesai kegiatan anak- anak hanya disuruh untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya di meja guru tanpa mengajak anak untuk membaca apa yang sudah ditulis anak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan mencari dan menuliskan kata yang sudah dikenal anak dari buku cerita bergambar adalah kegiatan yang menarik dan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Meskipun dalam kenyataannya di TK Daarul “Ilmi masih perlu perbaikan. Guru harus lebih memperhatikan dan membimbing anak yang kesulitan dalam mengeja dan membaca buku cerita.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
1.      Kegiatan pengembangan kemampuan membaca dan menulis sudah dapat dikembangkan di TK selama masih dalam batas- batas aturan praskolastik dan sesuai dengan karakteristik anak.
2.      Pengembangan bahasa melalui kegiatan mencari dan menuliskan kata yang sudah dikenal anak dari buku cerita bergambar yang dilaksanakan di TK Daarul ‘Ilmi kelompok B2, pada dasarnya sudah sesuai dengan kompetensi dasar kemampuan bahasa anak Taman Kanak-kanak dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004  untuk kelompok B (5- 6 Tahun).
3.      Kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan RKH yang dibuat. Metode yang digunakanpun menggunakan buku dan terintegrasi yang sudah terbukti efektif untuk pengembangan bahasa.
4.      Tahapan kemampuan menulis pada anak dikembangkan adalah Invented Spelling, yaitu belajar mengeja.
5.      Pada pelaksanaannya masih perlu beberapa perbaikan, terutama dalam kejalasan tugas yang harus diselesaikan anak.
6.      Pengelolaan kelas masih terlihat kacau karena banyak anak yang tidak dapat tempat duduk sehingga harus menggelar karpet di bawah.
7.      Dalam pemilihan buku cerita masih kurang tepat bagi anak, terutama dalam hal jenis hurufnya yang membingungkan anak.
8.      Kurangnya bimbingan guru dalam kegiatan, yang terkesan membiarkan anak didiknya mengerjakan tugas sebisanya.

B.     Saran
1.      Dalam penjelasan awal, hendaknya guru memberikan kejelasan tugas yang harus di selesaikan anak
2.      Hendaknya guru mengarahkan anak untuk mengerjakan kegiatan yang lain, pada saat kegiatan menulis sudah tidak ada tempat lagi.
3.      Dalam memilih buku cerita anak masih harus lebih selektif lagi, yang benar- benar sesuai untuk anak yang masih pada tahapan belajar membaca.
4.      Guru hendaknya lebih memperhatikan dan membimbing anak yang kesulitan dalam menyelasaikan tugas.



DAFTAR PUSTAKA
Badudu, Z. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Bromley, K.D (1992). Language Art : Exploring Connection (2nd ed). Boston : Allyn and Bacon.
Dhieni, Nurbiana dkk. (2009). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.
Feldman, J.R. (1991). A survival Guide For The Preschool Teacher. New York: The Centre For Applied Research In Education.
Poerwadarminta, W. J. S. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Setiawan, Denny. (2014). Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.