UPAYA
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK KELOMPOK B TK RATIH KESUMA MELALUI
PERMAINAN TEBAK
BENDA
Pengarang:
Asri Pertiwi. NIM: 821819985,
Email: asripertiwi9@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan
rendahnya kemampuan berbahasa khususnya dalam keterampilan berbicara pada anak
kelompok B TK Ratih Kesuma tahun ajaran 2013/2014. Anak masih kesulitan
mengungkapkan ide dan gagasannya dalam kalimat yang sederhana, kurangnya
keberanian dan ketepatan menjawab pertanyaan, serta kurangnya kelancaran
berbicara anak. Hal ini terjadi karena kegiatan pembelajaran kurang menarik,
tidak menggunakan alat peraga, serta metode yang belum tepat. Oleh karena itu,
guru berupaya menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
dengan permainan tebak benda. Tujuan penelitian ini yaitu meningkatkan
keterampilan berbicara anak kelompok B TK Ratih Kesuma melalui permainan tebak
benda.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan
kelas menggunakan model penelitian adaptasi dari Kemmis dan Taggart. Penelitian
dilakukan dalam dua siklus, satu siklus dilaksanakan sebanyak empat kali tindakan
penelitian. Subjek penelitian adalah anak kelompok B TK Ratih Kesuma, sebanyak
15 orang terdiri dari 3 anak laki-laki dan 12 anak perempuan, dilaksanakan pada
semester genap tahun tahun ajaran 2013/2014 antara bulan maret sampai april
2014. Teknik pengumpulan data antara lain dengan lembar observasi dan lembar
tes selama tindakan dan dokumentasi kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan sikap berani
menjawab pertanyaan, mengeluarkan ide/ gagasannya, memberi keterangan tentang
suatu benda dan mengungkapkan pendapat meningkat dari 75% pada siklus 1 menjadi
91,7% pada siklus 2, berkaitan dengan peningkatan dalam kelancaran berbicara
yang meningkat dari 60% pada siklus 1 menjadi 76,67% pada siklus 2 serta
ketepatan meningkat dari 53,33% pada siklus 1 menjadi
81,67% pada siklus 2. Adapun hasil penelitian dengan menggunakan permainan
tebak benda pada anak Kelompok B TK Ratih Kesuma telah menunjukkan peningkatan
walaupun masih belum maksimal. Keberhasilan ini didukung oleh adanya kesiapan
guru dalam merancang pembelajaran serta proses pembelajaran yang dilaksanakan
sesuai rencana. Tetapi, masih ada faktor yang dirasakan menghambat yaitu belum
seluruh anak mampu berbicara lancar dalam memberi keterangan tentang suatu
benda. Oleh karena itu, guru hendaknya sering melatih siswa agar mampu
berbicara dengan lancar.
Kata Kunci : keterampilan berbicara, permainan, tebak benda
Pendahuluan
Di
Taman Kanak- kanak Ratih Kesuma khususnya kelompok B, dalam kegiatan bercerita
anak masih kesulitan mengungkapkan cerita secara sederhana. Dalam kegiatan
tanya jawab hanya ada tiga anak saja yang dapat menjawab dengan lancar dan
tepat. Dalam memberi keterangan/ informasi tentang sesuatu hal, hanya beberapa
anak saja yang mampu. Anak- anak masih kesulitan dalam mengeluarkan ide dan
gagasannya menjadi kalimat yang sederhana. Hal ini terjadi karena kegiatan
pembelajaran kurang menarik, tidak menggunakan alat peraga, serta metode yang
belum tepat. Peneliti menganggap serius masalah ini karena memang
seharusnya keterampilan berbahasa anak dapat berkembang seiring dengan
kematangan anak secara fisiologis. Peneliti berupaya meningkatkan keterampilan
berbicara anak melalui permainan yang menarik bagi anak dan sekaligus
menyenangkan. Bowler dan Linke, 1996 (dalam Dhieni 2009: 3.7) memberikan
gambaran tentang kemampuan bahasa anak usia 3-5 tahun. Menurut mereka pada usia
3 tahun anak menggunakan banyak kosa kata dan kata tanya seperti apa dan siapa.
Pada usia 4 tahun anak mulai bercakap- cakap memberi nama, alamat, usia dan
mulai memahami waktu. Perkembangan bahasa anak semakin meningkat pada usia 5
tahun dimana anak sudah dapat berbicara lancar dengan menggunakan berbagai kosa
kata baru.
Dari
masalah- masalah yang teridentifikasi di atas, peneliti ingin memecahkan
masalah kurangnya keterampilan anak dalam berbicara. Masalah tersebut lebih
disebabkan karena kurangnya kesempatan anak dalam mengembangkan keterampilan berbicara
dan kurangnya minat anak dalam kegiatan pengembangan keterampilan berbicara
sebagai akibat dari kesulitan guru memilih metode dan alat peraga yang tepat
dalam kegiatan pembelajaran. Melalui permainan ‘tebak benda’ diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan berbicara anak. Penulis ingin meningkatkan
keterampilan anak dalam berbicara dengan memperbaiki metode dan media yang
dipakai yaitu melalui permainan ‘tebak benda’ dengan menggunakan media benda-
benda yang sudah dikenal anak yang dimasukkan ke dalam kotak, yang akan dipakai
sebagai tebakan. Metode yang digunakan adalah pemberian tugas dan tanya jawab.
Berdasarkan hasil
identifikasi di atas dapat disimpulkan rumusan masalahnya: “Bagaimanakah
peningkatan keterampilan berbicara anak kelompok B TK Ratih Kesuma melalui
permainan tebak benda?” Secara umum melalui penelitian perbaikan pembelajaran
ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di Taman Kanak- Kanak; meningkatkan
keterampilan berbicara anak kelompok B TK Ratih Kesuma; meningkatkan keberanian
anak mengungkapkan ide/ gagasan yang dimilikinya; meningkatkan ketepatan anak
dalam menjawab pertanyaan. Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini
diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut. Bagi anak, dapat
meningkatkan keterampilan anak dalam berbicara sehingga anak mampu menjawab
pertanyaan dengan lancar dan mengungkapkan ide/gagasannya secara sederhana.
Bagi guru, memperbaiki mutu praktek
pembelajaran yang dikelolanya yang merupakan sasaran atau tujuan akhir
perbaikan pembelajaran; guru dapat berkembang secara profesional karena dapat
menunjukkan bahwa guru mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya; menambah rasa percaya diri sebagai pendidik profesional yang sudah
bisa melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran; berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri, tidak hanya menerapkan
hasil penemuan orang lain; dapat mengetahui kekurangan sehingga dapat
memperbaiki kegiatan pembelajaran. Bagi sekolah, sekolah dapat mengetahui sejauh
mana tingkat profesional guru sehingga dapat memperbaiki kinerja guru;
meningkatkan perbaikan mutu pembelajaran melalui tindakan perbaikan yang
dilakukan guru; meningkatkan kualitas
lulusan sehingga dapat menambah nilai kepercayaan terhadap masyarakat sebagai
pengguna jasa pendidikan.
Kajian Pustaka
Peningkatan
Keterampilan Berbicara
Peningkatan
mempunyai arti: /pe·ning·kat·an/ n proses, cara, perbuatan
meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb) (From http://www.artikata.com/arti-381949-peningkatan.html).
Keterampilan
mempunyai arti: /ke·te·ram·pil·an/ n kecakapan untuk
menyelesaikan tugas;~ bahasa Ling
kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau
berbicara; ~ tematis Ling
kesanggupan pemakai bahasa untuk menanggapi secara betul stimulus lisan atau
tulisan, menggunakan pola gramatikal dan kosakata secara tepat, menerjemahkan
dari satu bahasa ke bahasa lain, dsb.
(From http://www.artikata.com/arti-354274-terampil.html.)
Berbicara mempunyai arti: /ber·bi·ca·ra/
v 1 berkata; bercakap;
berbahasa.
(From http://www.artikata.com/arti-359986-berbicara.html). Ada
dua tipe perkembangan berbicara anak: egosentric
Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada
dirinya sendiri (monolog); socialized
Speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya atau pun
lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial
anak. Berkenaan dengan hal tersebut terdapat 5 bentuk Socialized Speech yaitu (1) saling tukar informasi untuk tujuan
bersama; (2) penilaian terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain; (3)
perintah, permintaan, ancaman; (4) pertanyaan; dan (5) jawaban. Pada anak usia
TK (4-6 tahun), kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif dilakukan
adalah kemampuan berbicara. Hal ini selaras dengan karakteristik umum kemampuan
bahasa anak pada usia tersebut. Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk
dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan
dengan benar; mendangarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan
urutan yang mudah dipahami; menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya;
menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi, menggunakan kata tanya
seperti: bagaimana, apa, mengapa, kapan, membandingkan dua hal, memahami konsep
timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan
mengenal tulisan sederhana.
Permainan
Tebak Kata
Permainan mempunyai arti: /per·ma·in·an/
n 1 sesuatu yang
digunakan untuk bermain; barang atau sesuatu yang dipermainkan; mainan. (From http://www.artikata.com/arti-371318-permainan.html). Para ahli
psikologi anak menekankan pentingnya bermain bagi anak. Bagi anak-anak, bermain
merupakan kegiatan yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain anak mendapat
kesempatan untuk mengadakan hubungan yang erat dengan lingkungan. Bermain
merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak, dengan kegiatan
tersebut anak mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan. Menurut
Pellegrini, 1991: 241 (dalam Bennet 1998: 5-6) bahwa permainan didefinisikan
menurut tiga matra sebagai berikut; (1) permainan sebagai kecendrungan, (2)
permainan sebagai konteks, dan (3) permainan sebagai prilaku yang dapat
diamati.
Menebak berarti: me·ne·bak v 1 menerka: seakan-akan ia dapat ~
apa yang ada dalam pikiran temannya itu; 2 menduga; mengira-ngira(kan): sulit sekali ~ maksud gerakan
tangan dan mimik muka orang bisu itu; sedangkan tebakan berarti: te·bak·an n 1
sesuatu yg ditebak; teka-teki; 2
hasil menebak; terkaan;dugaan. (From http://www.artikata.com/arti-353601-tebak.html)
Benda berarti: /ben·da/
n 1 segala yang ada di
alam yang berwujud atau berjasad (bukan roh); zat (misal air, minyak); 2 barang yang berharga (sebagai
kekayaan); harta; 3 barang: rumah
itu terbakar bersama – yang ada di dalamnya. (From http://www.artikata.com/arti-321354-benda.html)
Metode Penelitian
Metode
merupakan salah satu cara yang digunakan oleh guru dalam proses belajar
mengajar yang bertujuan yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang
digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode
mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan
anak pada saat berlangsungnya pengajaran (Nana Sudjana, 1988: 76).
Metode tanya jawab menurut buku Didaktik Metodik Umum di TK
(Depdikbud,1998: 26) adalah suatu metode dalam pengembangan bahasa yang dapat
memberikan rangsangan agar anak aktif untuk berpikir, melalui pertanyaan-
pertanyaan guru, anak akan berusaha untuk memahaminya dan menemukan jawabannya.
Tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda
Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan
menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang
diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya
hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak
kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi
melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat
secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau
kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian tugas dapat
menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: (1) tugas harus bisa
dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, (2) hasil dari kegiatan ini dapat
ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi
oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta (3)
di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.
Pelaksanaan Penelitian
Perbaikan Pembelajaran
Informasi
Subyek Penelitian
TK Ratih Kesuma yang berlokasi di Dusun
Pangukan, Tridadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran ini, peneliti lakukan mulai tanggal 1 –11 April 2014.
Siklus 1 dilaksanakan tanggal 1-4 April 2014 dan siklus 2 dilaksanakan 7-11
April 2014 pada jam 07.30- 10.00 WIB setiap harinya. Tema dan subtema pada saat
Penelitian Perbaikan Pembelajaran adalah siklus 1 dengan Tema Alat komunikasi,
Subtema Manfaat alat komunikasi. Pada siklus 2 dengan Tema Tanah Airku, Subtema
Desaku. Subjek penelitian adalah anak kelompok B tahun ajaran 2013/2014 dengan
jumlah anak 15. Yang terdiri 3 anak
laki-laki dan 12 anak perempuan.
Pada usia anak 5-6 tahun seharusnya anak
sudah mengucapkan lebih dari 2500 kosa kata. Anak sudah dapat melakukan peran
sebagai pendengar yang baik. Anak sudah dapat berpartisipasi dalam suatu
percakapakan. Anak sudah dapat menanggapi pembicaraan orang lain. Hanya saja
keterampilan anak di TK Ratih Kesuma dalam berbicara masih kurang. Untuk itu
peneliti ingin melakukan tindakan perbaikan ini.
Desain
Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Setelah melakukan diskusi dengan
kolaborator, Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus mengingat
keterbatasan waktu yang diberikan sesuai dengan ketentuan dari Universitas
Terbuka. Agar pelaksanannya dapat berjalan lancar, maka peneliti menyusun
langkah- langkah penelitian sesuai dengan pendapat Kemmis dan
Mc Taggart, 1990:14 (dalam Rafi′uddin 1996) penelitian
tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang
selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.
Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan
Taggart dapat digambarkan dengan diagram alur berikut ini.
Rencana
dan Pelaksanaan Tindakan
Dalam kegiatan perbaikan ini, peneliti
didampingi oleh supervisor yang dipilih sendiri oleh peneliti yaitu bernama F.
Endang Prasetyowati, S.Pd yang juga teman sejawat peneliti. Peneliti menganggap
bahwa supervisor yang dipilih sudah memenuhi persyaratan, yaitu berlatar
belakang Strata 1 kependidikan yang relevan dengan bidang keilmuan pendidikan
anak usia dini
Perencanaan penelitian dilakukan sejak
bulan maret 2014, meliputi kegiatan: penyusunan rencana kegiatan perbaikan
meliputi pemilihan permainan, penetapan strategi, serta penentuan langkah
kegiatan; penyiapan media/ APE yang dibutuhkan; penyiapan instrumen yang
diperlukan.
Rencana Pelaksanaan Penelitian yaitu
pada bulan April 2014, meliputi kegiatan: tahap persiapan dengan permainan
ringan/ sederhana dengan menggunakan benda- benda sesuai dengan tema yang
sedang berlangsung; tahap pelaksanaan pembelajaran. Refleksi pertama yang
bertujuan untuk identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah.
Setelah masalah dapat dirumuskan,
langkah berikutnya yang dapat dilakukan guru adalah membuat rencana perbaikan
kegiatan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Rencana perbaikan
kegiatan ini kemudian dilaksanakan oleh guru di kelas. Langkah pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, yaitu: guru memberikan penjelalasan awal kegiatan
yang akan dilakukan; guru dan anak melaksanakan kegiatan sesuai dalam RKH yang
sudah dibuat; kolaborator mengamati dan menilai anak dalam kegiatan perbaikan; guru
memberi reward berupa tepuk tangan
kepada anak yang dapat melaksanakan kegiatan dengan baik dan memberi semangat
kepada anak yang belum dapat melaksanakan dengan baik agar kegiatan selanjutnya
dapat lebih baik lagi.
Setelah guru selesai melaksanakan
tindakan perbaikan, siklus kembali kepada kegiatan refleksi dengan tujuan melihat
kelemahan dan kelebihan tindakan perbaikan yang telah dilakukannya untuk
merencanakan perbaikan kegiatan selanjutnya. Kegiatan terakhir adalah evaluasi.
Rencana
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan/ Observasi dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yaitu pada bulan April 2014,
meliputi kegiatan: mengamati kesesuaian perilaku siswa dengan yang direncanakan
guru, dibantu dengan menggunakan instrumen yang tersedia; mengamati perilaku
siswa dan keaktivan dalam mengikuti kegiatan dengan menggunakan instrumen
pengamatan kegiatan siswa; mengamati kendala dan kejadian yang terjadi
menggunakan instrumen yang dapat mengukur kendala dan kejadian yang terjadi
pada waktu proses pembelajaran berlangsung; mengamati indikator perubahan kualitas
keaktifan siswa dengan instrumen pengamatan siswa sesuai dengan perubahan
perilaku siswa.
Tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif
digunakan untuk memberi penjelasan mendetail, rinci, dan lengkap mengenai
pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran dan siswa sebagai objek
penelitian. Sedangkan penelitian kuantitatif digunakan dalam tes yang
mengedepankan penghitungan, pengelompokan fitur, dan membangun model statistik
dan angka-angka untuk menjelaskan apa yang diamati.
Hasil
Penelitian Dan Pembahasan
Deskripsi
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siklus
1
Pada
siklus 1 peneliti membuat skenario pengorganisasian anak yang bervariasi akan
membuat anak semangat dalam mengikuti kegiatan, yaitu: anak berdiri berbaris memanjang ke belakang; anak
membentuk dua barisan memanjang ke belakang; anak membentuk lingkaran besar,
satu anak berada di tengah; anak membentuk dua barisan, berdiri berjajar ke
samping dan berhadapan. Penataan ruang dirubah sehingga anak bisa bergerak
bebas tanpa banyak terhalang benda- benda di kelas.
Tabel
1. tabel Rencana Kegiatan Harian Siklus 1
Kegiatan
Pembelajaran
|
Alat
peraga/ Sumber bahan
|
Penilaian
perkemb. Anak
|
|
Aspek
yang dinilai
|
Hasil
|
||
Tanya
Jawab
Manfaat
alat komunikasi
-
Guru memperlihatkan macam- macam alat komunikasi
-
Guru memberi pertanyaan, mis: alat
komunikasi yang digunakan untuk mengirim pesan berupa tulisan yang dikirim
lewat kantor pos
-
Anak menjawab pertanyaan dan mengambil
alat komunikasi yang dimaksud
|
Macam-
macam alat komunikasi dalam kotak
|
Tanya
Jawab/
Tepat
Berani
Lancar
|
|
Pemberian
tugas
Melengkapi
kalimat yang sudah dimulai guru
-
Guru membuat kalimat, mis: setiap sore
ayah mendengarkan...?
-
Anak melengkapi kalimat dan cepat
mengambil alat komunikasi yang dimaksud
|
Macam-
macam alat komunikasi dalam kotak
|
Penugasan
/
Tepat
Berani
Lancar
|
|
Pemberian
tugas
Memberi
keterangan/ informasi tentang benda yang akan ditebak (bermain tebak benda)
-
Guru memberi contoh, mis:
Bentuknya
kotak, Dari kertas, Biasanya dibaca ayah setiap pagi, Dijual orang- orang di
perempatan
Jawab: koran
-
Anak menebak benda yang dimaksud
|
Macam-
macam alat komunikasi dalam kotak
|
Penugasan
/
Lancar
Berani
Tepat
|
|
Pemberian
tugas
Mengungkapkan
pendapatnya tentang manfaat alat komunikasi
-
Guru mengambil miniatur televisi dan
menjelaskan manfaat televisi
-
Guru menyuruh anak membuat dua barisan berhadapan
-
Barisan pertama mengambil alat
komunikasi dan barisan kedua yang menjelaskan manfaat alat komunikasi
-
Dan begitu sebaliknya
|
Macam-
macam alat komunikasi dalam kotak
|
Penugasan
/
Lancar
Berani
Tepat
|
Setelah
dilaksanakan penelitian, maka didapatkan hasil rata- rata persentase
keberhasilan anak yang merupakan hasil penjumlahan dari empat hari penelitian
kemudian dibagi empat. seperti telihat dari data sebagai berikut.
Tabel 2. tabel persentase keberhasilan anak kelompok B
TK Ratih Kesuma dalam keterampilan berbicara melalui permainan tebak benda
Siklus 1 (Pertemuan tanggal 1-4 April 2014)
No.
|
Aspek yang dinilai
|
Nilai rata- rata
|
|||||||||||||||
B
|
C
|
K
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
Rata-rata
%
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Rata-rata
%
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Rata-rata
%
|
|||
1
|
Keberanian
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1,67
|
10
|
11
|
12
|
11
|
73,33
|
5
|
4
|
3
|
3
|
25
|
|
2
|
Kelancaran berbicara
|
0
|
0
|
0
|
2
|
3,33
|
9
|
8
|
9
|
8
|
56,67
|
6
|
7
|
6
|
5
|
40
|
|
3
|
Ketepatan
|
0
|
0
|
2
|
1
|
5
|
7
|
6
|
8
|
8
|
48,33
|
8
|
9
|
5
|
6
|
46,67
|
|
Keterangan : B = baik; C = cukup; K = kurang
Pada
siklus 1 sudah mulai tampak keberhasilan dalam perbaikan pembelajaran meskipun
belum signifikan. Hal ini terbukti dari persentase tingkat pencapaian anak yang
meningkat. Hasil penelitian pada aspek keberanian dari 15 anak, didapatkan
persentase rata- rata anak yang keberaniannya kurang ada 25 %. Anak yang
keberaniannya cukup ada 73,33 %. Anak yang keberaniannya sudah baik ada 1,67
%. Hasil penelitian pada aspek
kelancaran berbicara dari 15 anak, didapatkan persentase rata- rata anak yang
kurang lancar dalam berbicara ada 40 %. Anak yang berbicaranya cukup lancar ada
56,67%. Anak yang kelancaran berbicaranya sudah baik ada 3,33%. Hasil
penelitian pada aspek ketepatan dari 15 anak, didapatkan persentase rata- rata
anak yang kurang tepat dalam menjawab ada 46,67%. Anak yang menjawab dengan
ketepatan yang cukup ada 48,33%. Anak yang ketepatan menjawabnya sudah baik ada
5%.
Keberhasilan
ini masih dirasa belum memuaskan oleh peneliti. Oleh karena itu peneliti
merancang kegiatan perbaikan untuk siklus kedua agar keterampilan berbicara
anak dapat mencapai tingkat kemampuan maksimal yang dimiliki anak.
Dalam
pelaksanaan kegiatan perbaikan pada siklus pertama, peneliti mengalami beberapa
kendala sehingga kegiatan pembelajaran tidak berjalan dengan lancar,
diantaranya: pada pengorganisasian anak yang berbaris memanjang, ternyata anak-
anak di barisan belakang malah ribut dan tidak memperhatikan kegiatan
pembelajaran yang berlangsung; persiapan yang masih kurang mantap, sehingga
saat anak- anak meminta untuk kegiatan terus dilanjutkan, guru/ peneliti tidak
begitu siap; penjelasan awal yang kurang rinci dan runtut, sehingga anak masih
ada yang merasa bingung dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran; dalam
penataan ruangan, terlihat anak masih kurang leluasa dalam melaksanakan
kegiatan.
Agar
pelaksanaan kegiatan perbaikan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan
oleh peneliti, maka yang harus dilakukan oleh guru/ peneliti pada siklus kedua
adalah sebagai berikut: mengganti cara pengorganisasian anak yang memungkinkan
anak untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran; persiapan harus dilakukan
sebaik- baiknya, sehingga dapat memenuhi semua keinginan anak dengan baik; dalam
penjelasan awal harus dijelaskan secara rinci dan runtut sehingga anak paham
dengan apa yang diinginkan oleh guru; karena kelas yang ada di TK Ratih Kesuma
memang tidak luas, maka kegiatan perbaikan dapat dilaksanakan dengan di teras
atau di halaman sekolah agar anak lebih leluasa dalam melaksanakan kegiatan.
Siklus 2
Pada
siklus 1 aspek keberanian anak sudah meningkat. Akan tetapi dalam aspek
ketepatan dan kelancaran berbicara masih belum meningkat secara signifikan.
Untuk itu pada siklus 2 peneliti berusaha merancang kegiatan yang dapat lebih
meningkatkan aspek ketepatan dan kelancaran berbicara anak. Peneliti didampingi
kolaborator membuat skenario perbaikan dan Rencana Kegiatan Harian untuk siklus
2 sebagai berikut.
Skenario
perbaikan siklus 2: Pengorganisasian anak masih bervariasi agar anak tidak
merasa bosan, yaitu: anak membentuk dua barisan memanjang ke belakang; anak
membentuk dua barisan, berdiri berjajar ke samping dan berhadapan; anak
membentuk dua barisan memanjang ke belakang dan saling berhadapan; anak
membentuk dua lingkaran dan satu anak berdiri di tengah. Penataan ruang pada
siklus kedua anak diajak untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar
kelas, yaitu di teras kelas dan di halaman sekolah.
Tabel 3. tabel Rencana Kegiatan
Harian Siklus 2
Kegiatan
Pembelajaran
|
Alat
peraga/ Sumber bahan
|
Penilaian
perkemb. anak
|
|
Aspek
yang dinilai
|
Hasil
|
||
Tanya
jawab
Suasana
di desa
-
Guru memperlihatkan macam- macam
miniatur benda/ tempat di desa
-
Guru memberi pertanyaan, mis: tempat
yang dipakai petani untuk berteduh, beristirahat yang berada di tengah sawah.
Jawab: gubug
-
Anak menjawab pertanyaan dan mengambil
benda yang dimaksud dalam kotak
|
Macam-
macam miniatur benda/ tempat di desa dalam kotak
|
Tanya
Jawab/
Tepat
Berani
Lancar
|
|
Pemberian
tugas
Memberi
keterangan/ informasi tentang benda yang akan ditebak (bermain tebak benda)
-
Guru menunjuk satu anak untuk mengambil
benda dan dimasukkan kotak
-
Anak memberikan tebakan dengan
menginformasikan tentang benda tersebut
Mis: bentuknya segitiga, tinggi
sekali, bisa mengeluarkan api, bisa mengakibatkan hujan abu. Jawab: gunung
|
Macam-
macam miniatur benda/ tempat di desa dalam kotak
|
Penugasan
/
Lancar
Berani
Tepat
|
|
Pemberian
tugas
Mengungkapkan
pendapatnya tentang suasana di desa
-
Guru menyiapkan APE
-
Guru menyuruh anak membuat dua barisan berhadapan
-
Barisan pertama mengambil satu APE dan
barisan kedua yang menjelaskan suasana di desa
-
Dan begitu sebaliknya
|
Macam-
macam miniatur benda/ tempat di desa dalam kotak
|
Penugasan
/
Lancar
Berani
Tepat
|
|
Pemberian
tugas
Memberi
keterangan/ informasi tentang benda yang akan ditebak (bermain tebak benda)
-
Anak memberikan tebakan dengan
menginformasikan tentang benda tersebut
Mis: bentuknya panjang, biasa dipakai
di sekolah, bisa untuk menulis. Jawab: pensil
|
Benda-benda
yang dipilih anak di dalam kotak
|
Penugasan
/
Lancar
Berani
Tepat
|
Siklus
kedua dilaksanakan tanggal 7 sampai 11 April 2014 dengan tema tanah airku dan
subtema desaku. Setelah dilaksanakan
penelitian maka didapatkan hasil seperti telihat dari data sebagai berikut:
Tabel 4. tabel persentase keberhasilan anak kelompok B
TK Ratih Kesuma dalam keterampilan berbicara melalui permainan tebak benda
Siklus 2 (Pertemuan tanggal 7-11 April 2014)
No.
|
Aspek yang dinilai
|
Nilai rata- rata
|
|||||||||||||||
B
|
C
|
K
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
Rata-rata
%
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Rata-rata
%
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Rata-rata
%
|
|||
1
|
Keberanian
|
3
|
4
|
5
|
6
|
30
|
10
|
9
|
9
|
9
|
61,67
|
2
|
2
|
1
|
0
|
8,3
|
|
2
|
Kelancaran berbicara
|
2
|
4
|
4
|
5
|
25
|
9
|
7
|
8
|
7
|
51,67
|
4
|
4
|
3
|
3
|
23,33
|
|
3
|
Ketepatan
|
4
|
5
|
5
|
6
|
33,33
|
7
|
7
|
8
|
7
|
48,34
|
4
|
3
|
2
|
2
|
18,33
|
|
Keterangan :
B = baik; C = cukup; K = kurang
Pada
siklus 2 tampak keberhasilan dalam perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan,
terlihat dari persentase Tingkat Pencapaian anak yang terus naik. Hasil
penelitian pada aspek keberanian dari 15 anak, didapatkan persentase rata- rata
anak yang keberaniannya kurang menurun dari 25 % menjadi 8,3%. Anak yang
keberaniannya cukup ada 61,67%. Anak yang keberaniannya sudah baik meningkat
dari 1,67 % menjadi 30%. Jadi keberanian anak mencapai 91,7 %. Hasil penelitian
pada aspek kelancaran berbicara dari 15 anak, didapatkan persentase rata- rata
anak yang kurang lancar dalam berbicara menurun dari 40 % menjadi 23,33%. Anak
yang berbicaranya cukup lancar ada 51,67%. Anak yang kelancaran berbicaranya
sudah baik meningkat dari 3,33% menjadi 25%. Jadi kelancaran berbicara anak
mencapai 76,67%. Hasil penelitian pada aspek ketepatan dari 15 anak, didapatkan
persentase rata- rata anak yang kurang tepat dalam menjawab menurun dari 46,67%
menjadi 18,33%. Anak yang menjawab dengan ketepatan yang cukup ada 48,34%. Anak
yang ketepatan menjawabnya sudah baik meningkat dari 5% menjadi 33,33%. Jadi
ketepatan anak menjawab mencapai 81,67%.
Dengan
demikian hasil penelitian dengan menggunakan permainan tebak benda pada anak
Kelompok B TK Ratih Kesuma telah menunjukkan peningkatan walaupun masih belum
maksimal. Keberhasilan ini didukung oleh adanya kesiapan guru dalam merancang
pembelajaran serta proses pembelajaran yang dilaksanakan sesuai rencana. Tentunya
peningkatan keterampilan anak dalam berbicara dapat menggembirakan peneliti dan
bagi anak sendiri akan sangat membantu anak dalam kehidupan selanjutnya. Tetapi masih
ada faktor yang dirasakan menghambat yaitu belum seluruh anak mampu berbicara
lancar dalam memberi keterangan tentang suatu benda. Oleh karena itu, guru
hendaknya sering melatih siswa agar mampu berbicara dengan lancar.
Kesimpulan
Dan Saran
Kesimpulan
Permainan
tebak benda yang dilaksanakan pada anak kelompok B TK Ratih Kesuma secara
signifikan dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Pada aspek
keberanian meningkat dari 75% pada siklus 1 menjadi 91,7 % pada siklus 2.
Sedangkan aspek kelancaran berbicara meningkat dari 60% pada siklus 1 menjadi
76,67% pada siklus 2. Dan aspek ketepatan menjawab meningkat dari 53,33% pada
siklus 1 menjadi 81,67% pada siklus 2.
Melalui
permainan tebak benda membuktikan bahwa anak dapat belajar berbicara sekaligus
bersosialisasi dengan teman melalui kegiatan bermain, sesuai dengan tipe
perkembangan anak secara Socialized
Speech.
Melalui
metode tanya jawab terbukti dapat melatih keberanian anak dalam mengemukakan
pendapat dan bertanya. Melatih anak dalam bertutur kata, menghargai pendapat
orang lain. Mengembangkan kosa kata anak dan perbendaharaan kata anak, serta
dapat melatih anak untuk mendengarkan dan menyimak pertanyaan maupun jawaban
orang lain.
Melalui
metode pemberian tugas terbukti dapat membangkitkan minat dan semangat belajar
anak. Memberikan umpan balik bagi guru
tentang kualitas hasil belajar dan pembelajaran di kelas.
Saran
Berdasarkan
pembahasan pada hasil perbaikan maka diberikan saran bahwa guru TK diharapkan
dapat terus meningkatkan kualitas kegiatan pembelajarannya secara umum dan khususnya dalam kegiatan
pengembangan berbahasa anak, guru bisa menggunakan permainan tebak benda untuk
menstimulasi kemampuan berbicara anak di TK.
Tindak
Lanjut
Berdasarkan
kesimpulan dari penelitian perbaikan pembelajaran ini, maka tindak lanjut yang
dapat diambil adalah dengan melakukan tindakan penelitian lanjutan yang bisa
dicobakan kepada kelas yang berbeda untuk melihat optimalisasi keberhasilan
permainan tebak benda dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara anak.
Daftar Pustaka
Andriani,
Durri; Toha Anggoro; Kristanti Ambar P; Tian Belawati; Ratna Kesuma; I G A K
Mawarni. 2013. Metode Penelitian. Buku
Materi Pokok IDIK 4007/ MODUL 1-6. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian.
Jakarta : Rineka putra.
Bennett,
Neville. 2005. Teaching through play
teachers thinking and classroom practice.(Terjemahan Nur Adi Trastria) USA:
Open University press. (Buku asli diterjemahkan 1998)
Dhieni,
Nurbiana; Lara Fridani; Gusti Yarmi; Nany Kusniaty. 2009. Metode Pengembangan Bahasa. Buku Materi Pokok PGTK 2203/ MODUL
1-12. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kemmis,
S. and McTaggart, R. 1990. The actioan
Research Planner. Victoria. Deakin. Univ Press.
Mulyasa, E.
2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Montolulu,B
E F. 2009. Bermain dan Permainan.
Buku Materi Pokok PGTK 2301/ MODUL 1-12. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rafi′udin.
1997. Rancangan Penelitian Tindakan.
Makalah disajikan dalam Lokakarya Tingkat Lanjut Penelitian Kualitatif.
Angkatan ke V tahun 1996/1997. Malang: IKIP.
Soetomo. 1993. Dasar- dasar
Interaksi Belajar Mengajar/Oleh Soetomo. Surabaya: Usaha Nasional.
Sudjana,
Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Susanto, Eko Budi, M.Si. 2013. PTK “Penelitian Tindakan Kelas”. Yogyakarta: Liberty